Revenge Tourism di Era New Normal
Oleh : Dr. Purwanto, S.E., M.Par., CHA. ~ Akademisi dan Praktisi Pariwisata
Setelah diumumkannya tahapan New Normal atau kebiasaan baru oleh Pemerintah sebulan yang lalu dalam menghadapi pandemic Covid-19, maka saatnya bagi seluruh daerah di Indonesia untuk berbenah dan beraktivitas kembali seperti biasanya dengan kebiasaan baru dimana harus menggunakan masker, mencuci tangan dan aturan protokol kesehatan yang lainnya, tak terkecuali dengan Pariwisata Indonesia yang juga turut berbenah dan membuka kembali akses pariwisatanya yang sempat terhenti beberapa bulan lalu karena COVID-19.
Memang, permasalahan pandemi ini sangatlah cukup serius menghantam perekonomian dunia termasuk Indonesia, apalagi dunia pariwisata yang selama ini menjadi salah satu sektor andalan utama dalam peningkatan income Indonesia. Seperti kita ketahui bersama, pariwisata adalah sebuah kebutuhan dari setiap individu entah itu dalam hal mencari kebutuhan hidup sehari-hari sebagai penyedia usaha jasa pariwisata, maupun sebagai sarana untuk melepaskan kepenatan dalam aktivitas sehari-hari dengan melakukan kunjungan pada tempat-tempat menarik maupun bersejarah sebagai wisatawan domestik maupun internasional.
Jika melihat kebelakang selama 3 bulan awal melewati masa pandemi ini, apa dampak yang dirasakan oleh masyarakat Indonesia selama melewati masa tersebut? tentu saja merasa jenuh, tidak bisa kemana-mana, dan juga adanya persyaratan yang harus dipenuhi jika ingin pergi keluar kota dengan syarat Rapid Test hingga PCR Test yang harganya cukup menguras dompet.
Ditambah lagi, angka positif corona di Indonesia yang semakin hari semakin bertambah. Bagaimana dampak yang dirasakan oleh para pelaku usaha jasa pariwisata Indonesia? Ya, tentu saja juga mengalami dampak serupa namun lebih pada penurunan drastis baik dari sisi pendapatan maupun Sumber Daya Manusia usaha jasa pariwisata itu sendiri yang harus dirumahkan bahkan di PHK.
Fakta di lapangan saja, saat ini ada banyak para pelaku usaha jasar pariwisata harus banting setir mencari pendapatan dengan usaha yang lain agar tetap bertahan bahkan yang terburuk harus gulung tikar atau bangkrut dan belum ada kepastian kapan akan membuka usaha jasa pariwisata itu kembali.
Bagaimana langkah yang harus dilakukan oleh para pelaku usaha jasa pariwisata tersebut? Menurut saya, ada banyak hal yang bisa dilakukan saat ini dengan strategi yang solutif dan brilian. Kita harus tetap berfikir positif dan optimis ditengah keterbatasan saat ini. Apalagi, Pemerintah juga telah memberi kelonggaran bagi masyarakat untuk bepergian dan para pelaku usaha dalam menjalankan bisnisnya di era New Normal ini.
Sebaiknya, para pelaku usaha jasa pariwisata pun harus mempersiapkan strategi yang matang baik untuk saat ini maupun yang akan datang karena setelah selama berbulan-bulan harus stay at home, masyarakat pastinya akan merencanakan perjalanan liburan yang bisa membuang rasa jenuh tersebut sebagai bentuk aksi balas dendam atau yang dikenal dengan istilah Revenge Tourism. Apa itu?
Jika diartikan dalam Bahasa Indonesia sebagai pariwisata balas dendam. Tentu saja bukan seperti itu kita mengartikannya, tentu ada makna khusus dari istilah tersebut. Revenge Tourism yang dimaksud adalah sebuah tindakan yang dilakukan oleh para pelancong untuk melakukan perjalanan kembali baik perjalanan domestik maupun internasional menuju tempat-tempat wisata yang menarik setelah sekian lama tidak melakukannya dikarenakan suatu hal, salah satu contohnya stay at home selama berbulan-bulan selama masa pandemi ini.
Dari hal ini saja, pelaku usaha jasa pariwisata harus jeli melihat momen tersebut, Revenge Tourism bisa dijadikan salah satu core strategy dalam berbisnis melalui promosi yang menarik wisatawan tentunya karena para wisatawan pasti akan siap memenuhi tempat-tempat wisata yang ada.
Menurut saya, Revenge Tourism bisa terjadi kapan saja sepanjang di perbolehkannya tempat wisata untuk kembali beroperasi, perlu adanya persiapan yang matang dari para pelaku usaha serta kerjasama yang baik dengan tempat-tempat wisata sasaran. Hal ini yang menjadi sebuah tantangan awal bagi para pemilik tempat wisata dengan segala keterbatasan dana dan sumber daya lainnya dikarenakan badai pandemik ini. Mereka harus mampu mengelola dengan baik cashflow yang ada ditengah antisipasi akan serbuan para wisatawan. Jangan lupa, harus tetap menerapkan aturan protocol kesehatan yang ketat.
Sebagai salah satu praktisi usaha jasa pariwisata yang masih eksis hingga kini, saya berpendapat ada baiknya para pelaku usaha untuk (1) segera menjalin komunikasi membahas kebijakan pemerintah yang terbaru, (2) menciptakan strategi yang menarik, (3) dan tentunya bisa memberikan kepuasan pada para wisatawan akan wisata yang selama ini tertunda untuk di kunjungi. Saya berkeyakinan bahwa dibalik kepempimpinan yang cerdas, maka bisa menghasilkan solusi dan strategi yang jitu.
Pariwisata butuh perhatian khusus oleh para pelaku maupun stakeholder. Ada ratusan bahkan ribuan orang yang mencari penghasilan melalui sektor ini. Disamping itu, persiapan menghadapi Revenge Tourism di Era New Normal yang seperti saya jelaskan tadi butuh adaptasi serta inovasi kreatif agar bisa menarik kembali para wisatawan domestik maupun luar negeri dengan tetap mengutamakan standar protokol kesehatan yang telah dianjurkan oleh Pemerintah.
Yakinkan dan terus yakinkan kepada wisatawan bahwa wisata yang akan dikunjungi ini sudah terjamin baik dari sisi kenyamanan, keamanan, pemberlakukan protokol kesehatan, serta tidak akan mengecewakan. Inilah saat yang tepat bagi para pelaku usaha jasa pariwisata untuk bangkit kembali dan bersiap menghadapi Revenge Tourism di Era New Normal. Semoga bermanfaat! (*)