OPINIWARTA JATENG

‘DoyanMadhang’ Cukup, Tak Perlu PSBB

Oleh : Anthony AH. Prasetyo, mantan Ketua REI Solo Raya, Wakil Ketua DPD REI Jawa Tengah                                             Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) adalah kebijakan yang setengah hati dankebijakan yang membuat masyarakat justru ‘ketakutan’. Dan malah memberi kesan kepada masyarakat berasa ‘ditakut-takuti’ yang membuat semakin tak berdaya di tengah situasi yang tanpa arah ini. Kadang terasa ‘lebay’ karena menyikapinya dengan berlebihan.
Pandemi ini tidak bisadihindari dan harus di lawan, dihadapi dengan memberikan edukasi ke masyarakat tentang bagaimana ‘lawan’  pandemi.
Dengan cara tetap ‘doyanmadhang’ (doyan makan), olahraga, pakai masker, jaga jarak, patuhi protokol kesehatan (prokes). Sehingga pemulihan ekonomi nasional akan tercapai. Selama PSBB, dua minggu kedepandipastikan banyak sektor-sektor usaha mikro akan mengalamiketerpurukan, ditambah lagi masih adanya pengetatan dari sektor perbankan. 
Sementara sebagai pelaku usaha sektor properti, yang merupakansalah satu sektor mempunyai daya dobrak tinggi dalam rangka Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), karena bila mana sektor properti bergerak maka sendi perekonomian sektor riil pun pasti bergerak. 
Dengan adanya kebijakan pembatasan yang diterapkan oleh pemerintah saat ini dinilai kurang pas. Karena penerapan kebijakan pembatasan kegiatan seperti ini seakan-akan masyarakat diberikan pola pikir yang ketakutan, padahal melalui ‘doyanmadhang’ dan berkegiatan dengan tetap mematuhi protokol kesehatan ditambah olahraga dan konsumsi vitamin, adalah cara sederhana untuk melawan pandemi ini, yang akhirnya biarkanekonomi jalan, sekolah pun juga jalan.
Efektif atau tidak efektifnya suatu kebijakan bisa dilihat dariaturan mainnya. PSBB ini kebijakan setengah hati, toh masih adakenaikan penyebaran, artinya secara sosial besar dampaknya, tapi dari sisi keberhasilan belum signifikan. Apalagi melihat realisasi PSBB dampak sosial jauh lebih besar dari penekanan angka penyebaran. Sedangkan dampak ekonominya terasa, manfaatnya untukmasyarakat kurang ‘nendang’. Karena kalaupun begini terus, akan ada perpanjangan dan perpanjanganmasa berlaku PSBB.
Tapi yang harus dipastikan kebutuhan pangan semua masyarakat tanpa dipilah lagi. Kebijakan pemberlakuan pembatasan aktivitas ini mendorong masyarakat ‘berduit’ melakukan aksi borong kebutuhan selama masa PSBB. 
Kalau pemerintah tidak sanggup mengatasinya kebijakan PSBB ini ditiadakan saja, biarkan masyarakat menjalankan aktivitas ekonominya.
Syaratnya, Pemerintah wajib memastikan masyarakat menjalankanprotokoler kesehatan terutama pemakaian masker dan titik-titikpencucian tangan sehingga pencegahan dilakukan secara personal bukanregional.
Untuk itu, ketimbang pemberlakuan PSBB yang banyak mudharatnya kemasyarakat lebih baik pemerintah mempertegas masyarakat agarmenggunakan masker di luar rumah, menjaga jarak saat berada di ruang publik serta mencuci tangan menggunakan sabun setiap usai aktivitas.
Pemerintah pusatmenerapkan PSBB ketat untuk sejumlah wilayah/kota di Jawa dan Balimulai 11-25 Januari 2021, berdasarkan rapat terbatas di KantorPresiden. Kebijakan ini bagian dari pengendalian kasus covid-19 yangmasih tinggi di Indonesia.
Seperti diketahui, sebelumnya Pemerintah telah menerbitkan kebijakan pengaturan perjalanan orang/ WNA ke Indonesia, dengan melarang sementara masuknya WNA dari tanggal 1 s.d. 14 Januari 2021.
Pertimbangan Pemerintah melakukan langkah ini, adalah juga untuk menjaga keseimbangan antara sisi ekonomi dan aspek kesehatan. Seiringdengan semakin membaiknya beberapa indikator perekonomian (Indeks PMI, IHSG, Nilai Tukar dll), maka perlu tetap meningkatkan upaya menjaga kesehatan masyarakat, melalui pengendalian penyebaran virus Covid-19 secara terukur.
Selanjutnya pemberlakuan PSBB ataupun pembatasan kegiatan masyarakat akan membuat para pengusaha UMKM, ritel, resto, kafe dan wedangan kehilangan bisnis makan malamnya. usaha restoran dan kafehanya diperbolehkan melayani makan di tempat atau dine in dengan kapasitas 25 persen dan harus menutup operasionalnya pada pukul 19.00WIB. 
Maka sudah dapat dipastikan akan semakin banyak lagi usaha sektor riil yang bakal terpuruk.
Disektor properti meski tidak signifikan terdampak adanya pembatasan berkegiatan ini, namun secara makro terimbas, dimana daya beli masyarakat terpicu menurun akibat adanya psikis yang tertekan oleh rasa ketakutan yang dilakukan oleh Pemerintah, diberlakukannya PSBB Jawa Bali.
Pemerintah harusnya cukup optimal memberikan edukasi ke masyarakat tentang melawan dan menghadapi pandemi ini, karena memang tidak mungkin untuk dihindari. Dengan tetap menjalankan protokol kesehatan secara personal, menjaga tubuh tetap sehat, berpikiran positif untuk menumbuhkan imun yang kuat.
Pebisnis properti tetap konsisten menjalankan usaha, tetap mematuhi prokes, melakukan promo, pendekatan, menerapkan strategi marketbuntuk menarik konsumen, walaupun respon pasar terbilang lamban.
Karena jika properti jalan di tempat maka sektor riil akan mandeg, harapan pemerintah melakukan pemulihan ekonomi non sen tercapai. 
Dengan tetap melaksanakan prokes, pemerintah maksimalkan edukasi dan motivasi ke masyarakat, dengan tidak seolah menakut-nakuti melalui kebijakan yang di keluarkan, karena pandemi ini satu datunya solusi, harus dihadapi!
Seperti di Taiwan _clear_ karena personal masyarakatnya memiliki kesadaran yang tinggi dalam menjaga kesehatan, taat melaksanakan prokes. Di China pun selesai. negara-negara lain pun sudah membaik, karena diantaranya pemerintah setempat memberikan edukasi dan motivasi, sementara di negeri tercinta ini terkesan takut menghadapi pandemi akibat kebijakan dari pemerintah.
Padahal dengan memperkuat sistim imun di tubuh kita, melaksanakan prokes, olahraga yang cukup, berdoa, bersyukur gembira. 
Penderita positif Covid-19 bisa di sembuhkan. Terlebih sekarang banyak ditemukan multivitamin dan suplemen makanan mengantisipasinya. Pemberlakuan PSBB bukan kebijakan solutif? Percepatan pertumbuhan ekonomi bakal merosot dititik terendah lagi.
Sebagai masyarakat awam tidak pernah berprasangka kebijakan ini politis, yang pasti pemerintah akan lebih bijak lagi jika menyelenggaran edukasi dan motivasi hidup sehat kepada masyarakat, bagaimana melawan virus mematikan ini. 
Tentang bagaimana cara melawan pandemi ini secara personal mulai dari tataran paling rendah, misal dari tingkat RT. Sosialisasikan ibu ibu dasa wisma, tentang bagaimana pemenuhan dan penerapan gizi yang baik untuk menghasilkan imun yang baik, olahraga dan istirahat cukup.  Dan, yang terpenting selalu bersyukur dan berdoa. 
Penerapan PSBB dengan mengikuti kegiatan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat(PPKM) mampukah. menurunkan angka pertumbuhan korban Covid-19? yakin? (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *