Aglomerasi, Perekat Komunikasi Perkuat Investasi Untuk Tingkatkan Laju Ekonomi Solo Raya

FSI bersama Wakil Presiden Terpilih Gibran Rakabuming Raka saat menghadiri pelantikan Walikota Solo di Semarang

JATENGONLINE, SOLO – Bonus demografi memberikan tantangan, sekaligus kesempatan besar. Kisaran 30 tahun yang akan datang, Indonesia diprediksi mengalami masa bonus demografi, yakni jumlah penduduk usia produktif lebih besar dibandingkan penduduk usia tidak produktif atau mencapai 64 persen dari total jumlah penduduk yang diproyeksikan sebesar 297 juta jiwa. Hal inilah yang kemudian menginisiasi program revitalisasi pendidikan vokasi untuk menciptakan SDM yang dinamis, terampil, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, serta berdaya saing global.

Kita optimistis bahwa pemerintah telah mengambil langkah yang tepat untuk meningkatkan mutu dan kualitas sumber daya manusianya. Meski demikian, tenaga kerja yang berlimpah ini harus disesuaikan dengan revolusi dunia industri 4.0 yang menyebabkan banyak peran tenaga manusia digantikan dengan mesin.

Dengan pendidikan karakter dan mindset entrepeneurship inilah, diharapkan tidak hanya mampu bersaing di dunia usaha dan dunia industri, melainkan juga mampu menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar. Hal ini tentunya akan membantu menekan angka pengangguran yang terus meningkat, serta menjadi solusi atas kekhawatiran tenaga manusia yang berpotensi digantikan dengan sistem robotic di masa depan. Sementara dalam menunjang sektor-sektor strategis di Kota Surakarta perlu adanya penghubung antar sektor ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup, politik dan pertahanan keamanan.

Kota Surakarta sebagai salah satu Kota terbesar dan juga merupakan pusat pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah memiliki luas wilayah 44,04 Km². Secara administratif, Kota Surakarta terbagi menjadi 5 wilayah administrasi kecamatan, 54 kelurahan. Jumlah penduduk Kota Surakarta pada tahun 2020 sebanyak 522.364 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,53%. Wilayah Kota Surakarta memiliki kepadatan penduduk sebesar 11.861 jiwa/km2, dengan wilayah terpadat berada di wilayah Jebres dan Banjarsari.

Pertumbuhan Ekonomi Kota Surakarta pada tahun 2023 tercatat mengalami pertumbuhan positif, yaitu sebesar 5,57 persen, rilis Badan Pusat Statistik Kota Surakarta. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum yaitu sebesar 11,6 persen. Dari sisi pengeluaran, kenaikan tertinggi dicatat oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga yaitu sebesar 5,68 persen.

Secara struktur, Lapangan Usaha Konstruksi mendominasi struktur ekonomi Kota Surakarta pada tahun 2023 dengan kontribusi sebesar 25,13 persen, sedangkan dari sisi pengeluaran didominasi oleh Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dengan kontribusi sebesar 62,65 persen.

Sedangkan Aglomerasi yang digagas dan didukung pelaksanaannya oleh Kamar Dagang dan Industri (KADIN)Surakarta melibatkan Kadin Soloraya, serta menggandeng sejumlah pelaku usaha penggerak ekonomi mulai dari perhotelan (PHRI), pengembang properti (REI), dan Himpunan Pengusaha Muda (HIPMI)

Langkah strategis yang di lakukan oleh Kadin Solo lewat aglomerasi ini bertujuan dalam rangka mendukung inisiatif dan mendorong investasi melalui pemusatan kegiatan ekonomi di wilayah Solo Raya,yang meliputi Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen, dan Klaten. (SUBOSUKAWONOSRATEN)

Sebagaimana disampaikan Ketua Umum Kadin Kota Surakarta Ferry Septha Indrianto (FSI), bahwa pentingnya menciptakan aglomerasi secara sustanable bukan sesuatu yang mudah, diantaranya melewati tantangan ego sektoral. Dan keberhasilan aglomerasi ini sangatlah bergantung pada kerja sama dan dukungan dari semua pihak. Kadin Surakarta sebagai rumah besar pengusaha dan asosiasi menjembatani, sekaligus menginisiasi gerakan Aglomerasi Soloraya satu persepsi, sinergi, menyamakan pandangan,melalui gerak dan langkah untuk kemudian menjadikan Solo tidak hanya sebagai kota administratif semata tapi sekaligus merupakan satu kesatuan kawasan Soloraya.

FSI saat pelaksanaan Run Pasar to Pasar, Sport Tourism yang kini dikembangkan kota Solo

Adapun inisiatif aglomerasi Soloraya didukung oleh kerangka hukum yang kuat,yaitu Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2024 tentang Provinsi Daerah Khusus Jakarta (UU DKJ) dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 22 Tahun 2023.

“Peraturan ini memberikan landasan hukum yang kokoh bagi pengembangan wilayah dan pemusatan kegiatan ekonomi di Soloraya, menjadikannya prioritas nasional dalam upaya meningkatkan daya saing dan menarik investas,” kata FSI

Ditambahkannya FSI, pihaknya melakukan terobosan dan kolaborasi dengan PHRI berharap dapat menggenjot peningkatan pemasukan dari sektor pariwisata, dan menggandeng REI bertujuan untuk mengembangkan sektor real estate, kedua sektor usaha ini yang merupakan komponen vital dalam strategi aglomerasi.

Kadin Surakarta sebagai representasi kota Solo, mengawali memulai inisiasi Aglomerasi melalui pariwisata dan industri di Solo Raya. Diharapkan mampu mendorong kolaborasi yang kuat antara berbagai pihak dalam meningkatkan daya saing dan menarik investasi ke wilayah Soloraya.

Kadin Surakarta berkomitmen untuk menjadikan Solo sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru di Indonesia menjadi langkah awal untuk membangun sinergi antara dunia usaha, industri, serta pemerintah daerah dalam menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang yang ada. Keberhasilan aglomerasi ini sangatlah bergantung pada kerja sama dan dukungan dari semua pihak. Nonsen hanya salah satu pihak yang bergerak.

Sementara kesuksesan gelaran Solo Great Sale (SGS) ke-10 telah menyemarakkan Kota Solo sepanjang bulan Mei 2024 hingga 2 Juni 2024 lalu. Kegiatan itu digelar untuk mendukung peningkatan peran UMKM sekaligus penguatan ekonomi daerah melalui perdagangan dan investasi, gelaran SGS pun sebagai misi percepatan dalam mewujudkan kolaborasi integrasi mitra kerja di Solo Raya secara inklusif.

Aglomerasi untuk mendorong investasi melalui pemusatan kegiatan ekonomi di wilayah Solo Raya salah satunya lewat Solo Great Sale. Dari stakeholder wirausaha harus mulai melihat potensi aglomerasi, secara fakta bahwasanya kota Solo ini batas wilayah sudah habis. Sehingga pengembangan ke depan harus menggunakan mekanisme yang benar.

FSI mengajak sejumlah asosiasi di sektor usaha untuk semakin memperkuat aglomerasi di kawasan Solo Raya, pasalnya upaya itu dinilai memiliki peran penting untuk menciptakan aglomerasi yang berkelanjutan.

“Solo Great Sale itu telah menjadi upaya nyata untuk menggerakkan perekonomian,” tegasnya. Selain itu, pemberdayakan UMKM dan menjadikan Solo sebagai destinasi investasi yang menarik. Kedepan terjadi kolaborasi antara sektor swasta dan pemerintah dalam memperkuat ekonomi Kota Solo.

Regulasi memang belum aksesibel, maka membuat akses yang nyambung lebih luwes melalui swasta yakni dari stakeholder dunia usaha. “Terciptanya ekosistem yang kuat dan berkelanjutan di Soloraya melalui inisiatif ini mampu mendongkrak investasi,” kata FSI mengakhiri perbincangan.

Apa Aglomerasi Itu?
Keberadaan dimana satu perusahaan dan pekerjanya dapat memperoleh manfaat dari lokasi yang berdekatan. Konsentrasi geografis aktivitas ekonomi ini sering disebut sebagai aglomerasi dan manfaat ini disebut sebagai manfaat aglomerasi atau ekonomi aglomerasi. Layaknya Solo yang luas daerahnya kecil namun memiliki potensi yang banyak dilirik orang untuk berivestasi dan mengembangkan usaha. Maka diperlukan daerah sekitar sebagai penyangga melalui potensi yang ada.

Aglomerasi dapat didorong oleh keunggulan geografis seperti akses yang lebih mudah ke input yang lebih baik atau lebih murah (misalnya lahan yang subur untuk pertanian, air untuk listrik) atau keunggulan lokasi lainnya (misalnya perairan dalam untuk pelabuhan). Namun, ekonomi aglomerasi merujuk secara khusus pada manfaat yang muncul ketika perusahaan dan pekerja berinteraksi – baik karena mereka dapat berbagi sumber daya dengan lebih baik (misalnya biaya infrastruktur), lebih mencocokkan pasokan dengan permintaan (misalnya pemasok spesialis untuk pelanggan mereka) atau lebih baik bertukar ide.

Aglomerasi ini menekan pengangguran,mampu membuka lapangan kerja baru dengan upah yang lebih tinggi, disampinh produktivitas yang lebih tinggi bagi perusahaan maupun pekerja.

Ucapan terimakasih atas suksesnya penyelenggaraan Solo Great Sale, baliho tersebar di penjuru kota Solo

Mengapa Perlu Memikirkan Tentang Aglomerasi?
Aglomerasi menguntungkan perusahaan, pekerja, dan wilayah. Perusahaan diuntungkan oleh jaringan pemasok dan kolaborator, infrastruktur, dan spillover teknologi antarperusahaan (yaitu manfaat teknologi yang tidak disengaja bagi perusahaan yang berasal dari inovasi oleh perusahaan lain). Konsentrasi pekerja meningkatkan kepadatan keterampilan pekerja, sehingga memudahkan perusahaan untuk menemukan pekerja yang sesuai dengan persyaratan keterampilan mereka. Pekerja juga diuntungkan oleh pencocokan yang lebih baik ini, karena memudahkan untuk menemukan pekerjaan melalui keterampilan spesialis seseorang meningkatkan produktivitas dan upah tenaga kerja.

Aglomerasi dapat saling memperkuat. Produktivitas yang lebih tinggi menarik lebih banyak perusahaan. Lebih banyak kesempatan kerja menarik lebih banyak pekerja.

Penggabungan perusahaan-perusahaan dalam industri yang sama atau serupa dapat memfasilitasi perpindahan pekerja spesialis antarperusahaan, sehingga menghasilkan lebih banyak kesempatan kerja. Demikian pula, penggabungan banyak perusahaan yang berbeda dapat memfasilitasi perpindahan jika mereka membutuhkan pekerja untuk melakukan tugas-tugas serupa (misalnya menyediakan dukungan TI).

Aglomerasi dapat saling memperkuat. Produktivitas yang lebih tinggi menarik lebih banyak perusahaan. Lebih banyak kesempatan kerja menarik lebih banyak pekerja. Meskipun berdampak pada harga tanah dan sewa menjadi lebih mahal, kemacetan meningkat.

Lalu, seberapa besar manfaat dan biaya aglomerasi yang dapat membantu para pembuat kebijakan lokal memahami kekuatan ekonomi utama yang mendorong kinerja ekonomi lokal. Hal ini juga dapat memengaruhi efektivitas berbagai kebijakan. Misalnya, beberapa kebijakan inovasi (seperti akselerator) dapat bekerja lebih baik di klaster yang sudah inovatif. Demikian pula, upaya untuk menarik investasi masuk dapat lebih berhasil jika suatu wilayah sudah memiliki banyak perusahaan di industri terkait. Mempertimbangkan dampak ini dapat membantu para pembuat kebijakan menilai hasil dengan lebih baik dan membuat keputusan yang lebih baik.

https://jatengonline.com/2024/02/01/dicky-sumarsono-launching-buku-ke-5-unforgettable-hotel/

Optimis Aglomerasi Menarik Investor
Jadi saat ini suatu kota termasuk Solo memang butuh konsentrasi aktivitas ekonomi, apalagi aglomerasi memiliki beberapa manfaat dalam menarik investasi dan investor ke daerah.

Misalnya, biaya produksi bisa berkurang karena kedekatan dengan vendor, pelanggan, selain juga infrastruktur yang mendukung. Termasuk adanya pasar yang besar dan sangat beragam di area yang ter-aglomerasi membuat perusahaan-perusahaan dapat dengan mudah memperluas operasinya.

“Nah, ini yang membuat Investor tertarik pada daerah yang memiliki potensi pasar besar,” ujar Dicky Sumarsono, Pengembang dan Operator Perhotelan.

Aglomerasi, menurut Dicky, adalah yang menciptakan konsentrasi tenaga kerja dengan berbagai keterampilan, yang membuat perekrutan lebih gampang bagi perusahaan.

Dicky mencontohkan Jabodetabek, yang jadi pusat ekonomi dengan hadirnya berbagai prusahaan besar, infrastruktur yang ok dan memadai, pasar yang besar telah menjadi daya tarik bagi investor. Maka kota Solo pun juga bisa seperti itu, dan sudah saatnya.

“Kita lihat saja di kawasan industri seperti Bekasi dan Karawang juga telah menunjukkan bagaimana aglomerasi bisa menciptakan lingkungan yang sangat menarik bagi investasi industri manufaktur, semua ada disana cari apa aja ada mulai industri sepatu, kasur, mobil, motor, alat berat, telephone, baju, dan lain lain,” terang CEO Azana Hotels and Resorts ini.

Kalo Solo jadi area aglomerasi, Dicky sangat optimis Solo akan memiliki infrastruktur yang lebih baik lagi, seperti transportasi, komunikasi, dan fasilitas umum lainnya, “Ini kan bisa membuat operasional bisnis lebih lancar dan efisien,” yakinnya.

Sebenarnya, masih menurut Dicky, sudah cukup untuk tahap awal dengan melakukan optimalisasi semua area yang ada dan kerjasama dengan pengusaha-pengusaha dan UMKM di kota Solo agar selain investasi di Solo, juga bisa menggandeng investor masuk dari luar Solo, “Lalu pelan-pelan Solo bisa kolaborasi dengan area tetangga yang punya potensi daya tarik serta pertumbuhan baik seperti Boyolali, Klaten dan Sukoharjo,” kata pemilik perusahaan pengelola puluhan hotel di Indonesia ini.

Aglomerasi Kelebihan dan Tantangannya?
Tapi konsentrasi aktivitas ekonomi dan populasi di satu area, apapun itu? yang namanya gebrakan menuju perubahan dan perbaikan pasti ada kekurangannya dan itu sangat wajar tinggal bagaimana mensikapinya, tinggal menyiapkan dan meminimalkan resiko.

Kelemahan yang bisa saja terjadi yakni timbulnya kemacetan lalu lintas, itu bisa aja, ujar Dicky, lalu misalnya demand yang tinggi akan perumahan dan layanan umum lainnya di daerah aglomerasi dapat meningkatkan biaya hidup, “Nah, bagi pekerja berpenghasilan rendah memang agak berat untuk bertahan, jika gaspol tanpa pengawasan bisa merusak lahan pertanian dan alam, investasi besar untuk pemeliharaan area aglomerasi, atau bisa juga terjadi masalah polusi udara, dan banjir. Maka kota Solo harus ada area resapan air yang luas,” katanya.

Untuk menggapai aglomerasi yang dicita-citakan maka perlu adanya saling support, investor besar banyak yang masuk ke Solo, maka pemerintah pusat harus support total, setiap stakeholder harus punya peran dan tanggung jawab yang jelas untuk menghindari konflik kepentingan, struktur organisasi juga harus jelas, “Harus punya visi dan misi yang sejalan antara pemerintah dan regulator perlu menciptakan kebijakan yang mensupport kolaborasi antar stakeholder, mulai insentif pajak, regulasi yang fleksibel demi kemajuan bersama,” pungkas Dicky.

Ada sejumlah bukti empiris yang menunjukkan dampak positif aglomerasi terhadap produktivitas dan upah bagi perusahaan dan pekerja. Bukti tersebut juga menunjukkan bahwa kegiatan inovatif diuntungkan oleh ekonomi aglomerasi yang signifikan, terutama dari kolokasi dengan kegiatan inovatif lainnya.

Manfaat aglomerasi meningkat seiring dengan skalanya karena, seiring dengan meningkatnya ukuran pasar, peluang untuk mencapai hasil ekonomi yang lebih baik juga meningkat. Mengingat adanya trade-off ini saat memikirkan intervensi kebijakan untuk meningkatkan investasi bisnis dan inovasi dalam ekonomi lokal adalah kuncinya.

Untuk memanfaatkan manfaat aglomerasi, penting untuk mempertimbangkan keunggulan regional dalam industri atau aktivitas tertentu, dan konsentrasi industri yang sudah ada di wilayah tersebut. Ekonomi aglomerasi berarti bahwa membangun kekuatan yang sudah ada jauh lebih mudah daripada menciptakan aktivitas baru. Ini adalah pelajaran penting, yang sering terlupakan dalam banyak inisiatif! (*/ian)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *