JATENGONLINE, KARANGANYAR – Rizka Hanafiyah, salah satu mahasiswi KKN Tim II Universitas Diponegoro di Desa Kebak, Karanganyar. Sesuai dengan bidang keilmuannya yakni Agroekoteknologi, dan potensi Desa Kebak, Rizka mengenalkan Trichoderma sp. kepada masyarakat sebagai biopestisida dan biofertilizer melalui kegiatan Pelatihan Penyemaian Tanaman Cabai dengan Media Tanam yang diperkaya Trichoderma.
Kegiatan ini merupakan salah satu upaya untuk mengenalkan kepada peserta terkait degan Trichoderma sp. sebagai suatu teknologi hasil bioremediasi yang dapat bermanfaat sebagai agens hayati terhadap patogen tanaman sekaligus dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman dilahan terdegradasi.
“Kegiatan ini melibatkan ibu ibu dengan memberikan edukasi mengenai Trichoderma sp. dan peranannya, manfaat serta penggunaannya pada tanaman sebagai upaya pencegahan terhadap kerusakan tanaman akibat serangan patogen”
Selain edukasi secara langsung, peserta juga diberi modul pendukung sebagai acuan dan panduan yang memuat seluruh teknik penyemaian untuk pembibitan, sehingga kedepannya peserta dapat melakukan secara mandiri.
Rizka melanjutkan, kegiatan ini tidak hanya sekedar edukasi, tetapi juga praktik langsung yang dilakukan oleh ibu ibu dengan mengaplikasikan Trichoderma sp. pada media untuk penyemaian cabai rawit. Selanjutnya ibu ibu menyemai benih cabai rawit pada media yang telah dipersiapkan.
“Selain pengenalan Trichoderma sp. untuk bidang pertanian, pengaplikasian Trichoderma sp. juga dilakukan secara langsung. Teknik yang digunakan untuk aplikasi Trichoderma sp. yakni dengan di larutkan di air, kemudian di semprotkan ke tanaman”
Kegiatan pelatihan ini dilaksanakan pada 24 Juli 2024 di Gedung Serba Guna Desa Kebak, serta telah disesuaikan dengan potensi di Desa Kebak dan telah disetujui oleh ibu Mitha Asyita Rahmawaty S.T., M.T. selaku dosen pembimbing lapang dan Bapak Sukardi selaku Kepala Desa Kebak. Secara umum, aplikasi Trichoderma dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti di kocor, di semprot maupun di tabur pada perakaran tanaman. Teknik ini disesuaikan dengan kebutuhan dan ketersediaan Trichoderma sp.
“Selama kegiatan, ibu ibu antusias mendengarkan, aktif bertanya serta praktik langsung menyemai benih cabai rawit. Sebagian peserta juga membawa hasil semainya untuk di rawat secara mandiri dan sisanya dirawat bersama di satu tempat hingga dapat dipindah tanam”
Ibu Ngatinah, salahs satu peserta kegiatan menyampaikan apresiasinya atas kegiatan ini. “Saya berterima kasih kepada mahsisiwi KKN Undip yang telah mengadakan kegiatan ini. Dengan adanya kegiatan ini, kami lebih tahu dan mengerti cara penyemaian cabai rawit dan mengaplikasikan Trichoderma sp. untuk mencegah serangan penyakit tanaman,” ujarnya.
Melalui kegiatan ini, diharapkan menambah pemahaman ibu ibu mengenai teknik budidaya tanaman utamanya pada tahap penyemaian. Aplikasi Trichoderma sp juga harapannya dapat mennjadi alternative solusi dalam mengatasi serangan pathogen. (*/ian)