Gebrakan Besar UNICEF dan Mahasiswa UNDIP: Edukasi Kesehatan Ibu dan Anak untuk Mencegah Stunting di Desa Bengking!

Foto bersama mahasiswa KKN TIM II UNDIP bersama dengan ibu-ibu dan anak balita setelah penjelasan materi terkait stunting, imunisasi, dan pemenuhan gizi melalui MP-ASI

JATENGONLINE, KLATEN – Dalam upaya meningkatkan pemahaman tentang kesehatan ibu dan anak, mahasiswa KKN Universitas Diponegoro (UNDIP) TIM II 2023/2024, di bawah pimpinan Satria Ardhana Kusuma Adi, telah sukses melaksanakan program sosialisasi pemenuhan gizi dan imunisasi. Kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi dengan UNICEF dan dirancang khusus untuk memerangi tingginya angka stunting di Desa Bengking.

Latar Belakang– Desa Bengking, yang dikenal dengan potensi pertaniannya, masih menghadapi tantangan besar dalam hal kesehatan anak, terutama terkait stunting. Walaupun kesadaran masyarakat terhadap pentingnya imunisasi sudah baik, pemahaman mendalam mengenai imunisasi dan pemenuhan gizi masih kurang.

Program sosialisasi ini bertujuan untuk mengatasi kekurangan informasi ini, serta menyediakan solusi praktis untuk meningkatkan pemenuhan gizi anak dengan memanfaatkan bahan pangan lokal.

Rangkaian Kegiatan – Program sosialisasi ini dilaksanakan dalam beberapa sesi yang tersebar di berbagai Posyandu di Desa Bengking:

Posyandu RW 04 dan RW 05 – 6 Agustus 2024; Posyandu RW 03 – 8 Agustus 2024; Posyandu RW 02 – 10 Agustus 2024

Setiap sesi dihadiri oleh 25 peserta, yang terdiri dari ibu-ibu dan anak-anak terdaftar di posyandu. Total peserta yang mengikuti kegiatan ini mencapai 75 orang.

Foto mahasiswa KKN TIM II UNDIP bersama dengan ibu-ibu dan anak balita saat penjelasan materi terkait stunting, imunisasi, dan pemenuhan gizi melalui MP-ASI

Tahapan Program – Program ini dilakukan dengan tahapan yang sistematis untuk memastikan efektivitas dan pencapaian tujuan. Berikut adalah tahapan utama dalam pelaksanaan program:

Pengkajian Masalah – Tahap awal melibatkan pengkajian masalah kesehatan dan gizi di Desa Bengking. Ini dilakukan melalui kuesioner yang disebarkan kepada Ibu Bidan dan ibu-ibu yang memiliki anak. Data yang diperoleh membantu tim KKN dalam merumuskan strategi yang tepat untuk program ini.

Penentuan Program – Berdasarkan hasil pengkajian, tim menentukan program sosialisasi yang akan dilaksanakan. Program ini meliputi materi tentang pentingnya pemenuhan gizi, manfaat imunisasi, dan cara-cara praktis untuk menyiapkan MP-ASI menggunakan bahan pangan lokal.

Persiapan Materi Sosialisasi – Materi sosialisasi disiapkan secara mendetail, mencakup informasi tentang gizi anak, teknik pemilihan bahan pangan, serta prosedur imunisasi. Materi ini dirancang untuk mudah dipahami dan diterapkan oleh para peserta.

Pelaksanaan Program – Sosialisasi dilakukan di posyandu-posyandu yang telah ditentukan, dengan fokus pada interaksi aktif dan diskusi. Demonstrasi praktis tentang pembuatan MP-ASI dari bahan lokal juga disertakan untuk memberikan pemahaman yang lebih baik.

Dokumentasi dan Evaluasi – Setelah pelaksanaan kegiatan, dokumentasi dilakukan untuk mencatat hasil dan tanggapan peserta. Evaluasi dilakukan untuk mengukur dampak program terhadap pengetahuan ibu-ibu mengenai gizi dan imunisasi.

Dampak dan Testimoni – Salah satu peserta posyandu, Ibu Siti, memberikan testimoni tentang manfaat dari program ini. “Saya sangat bersyukur dan kegiatan ini benar-benar menambah pengetahuan saya tentang betapa pentingnya pemenuhan gizi dan imunisasi untuk anak-anak. Sekarang saya tahu bahwa pemenuhan gizi tidak perlu mahal dan bahan-bahan untuk MP-ASI mudah didapat di sekitar kita,” ujar Ibu Sari.

Harapan dan Keberlanjutan Program – Program ini diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan dalam meningkatkan pemahaman ibu-ibu di Desa Bengking mengenai pentingnya gizi dan imunisasi. Dengan pengetahuan yang lebih baik, diharapkan ibu-ibu dapat menerapkan informasi yang diperoleh untuk meningkatkan kesehatan anak-anak mereka.

Selain itu, program ini juga bertujuan untuk memotivasi masyarakat untuk memanfaatkan bahan pangan lokal dalam pemenuhan gizi anak, sehingga mengurangi biaya dan meningkatkan kualitas hidup. Keberhasilan program ini diharapkan dapat menjadi model bagi inisiatif serupa di desa-desa lain, serta berkontribusi pada penurunan angka stunting secara keseluruhan. (*/ian) 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *