JATENGONLINE, KARANGANYAR – Bullying masih menjadi permasalahan yang kerap dijumpai di masyarakat luas. Tak hanya dalam bentuk kekerasan fisik, bullying nyatanya juga terjadi dalam bentuk bullying verbal maupun cyberbullying. Hal ini juga dijumpai di desa kebak, kecamatan Kebakkramat, Karanganyar dimana beberapa anak terlihat mencela atau mengejek temannya.
Bahkan, salah satu anak mengaku mendapatkan diskriminasi dan ejekan karena perbedaan agama yang ia anut dibanding teman-temannya yang lain.
Hal tersebut melatarbelakangi Gandes Saputri, seorang mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro yang juga menjadi bagian dari KKN TIM II UNDIP dengan Mitha Asyita Rahmawaty S.T., M.T. sebagai dosen pembimbing lapangan, memberikan edukasi gerakan anti-bullying. Edukasi tersebut bertujuan untuk mencegah makin meluasnya kasus bullying di Desa Kebak. Kegiatan dilakukan pada hari Selasa, 30 Juli 2024 yang diikuti oleh siswa – siswi kelas 5 SDN 01 Kebak.
Kegiatan tersebut diawali dengan pemberian materi yang berisi pengertian bullying, perbedaan bullying dan perkelahian, jenis dan contoh perilaku bullying, dampak dari bullying, serta cara mengatasi ketika terjadi bullying.
Kemudian, kegiatan dilanjutkan dengan roleplay (bermain peran) singkat yang mengangkat tema mengenai bullying dalam setting sekolah. Dalam sesi ini, terdapat 4 siswa yang berperan; 2 orang berperan sebagai pembully, 1 orang berperan sebagai korban bully, dan 1 orang lagi berperan sebagai saksi. Selain itu, ada juga salah satu mahasiswa KKN TIM II UNDIP yang berperan sebagai guru.
“Dalam sesi ini, siswa diharapkan dapat menerapkan apa yang sudah disampaikan diawal, yakni bagaimana respon dia sebagai saksi yang melihat perilaku bullying, maupun tindakan dia sebagai korban. Harapannya siswa tidak lagi takut untuk melaporkan jika ada kasus bullying di sekitarnya,” ujar Gandes.

Selanjutnya, kegiatan dilanjutkan dengan pemutaran video berjudul melawan perundungan yang bertujuan untuk memberikan pemahaman pada siswa bahwa bullying atau perundungan merupakan perbuatan yang tidak baik dan memberikan dampak buruk bagi korban.
Sebagai penutup, Mahasiswa KKN bersama siswa-siswi kelas 5 bersama-sama melakukan tepuk anti-bullying yang dipimpin oleh salah seorang siswa di depan kelas dengan dipandu oleh mahasiswa KKN.
Acara tersebut berlangsung dengan baik dan lancar. Siswa juga terlihat antusias mengikuti rangkaian kegiatan tersebut.
“Walaupun awalnya malu-malu, tapi ternyata antusias siswanya sangat tinggi. Mereka beberapa kali bertanya dan menjawab pertanyaan yang sengaja saya lontarkan untuk memecah suasana,” ujar Gandes.
Secara keseluruhan, acara tersebut diharapkan memberikan dampak positif bagi siswa-siswi kelas 5 dan perilaku bullying di Desa Kebak dapat diminimalisir. Selain itu, baik korban maupun saksi tidak lagi takut untuk melaporkan jika sewaktu-waktu terjadi kasus bullying atau perundungan. (*/ian)