Executive Business Forum: Indonesia Dapat Menjadi Peringkat 7 GDP Dunia Terbesar Melalui Adaptasi AI

JATENGONLINE, JAKARTA – Executive Business Forum baru saja rampung diselenggarakan di The Ritz-Carlton, Pacific Place, Jakarta Selatan belum lama ini. Sebuah acara eksklusif yang mengundang 60 jajaran eksekutif korporat besar, mengangkat tema “Bagaimana Pertumbuhan AI dan Dampak Sosial Voice AI”.

Forum ini mengundang: Andreas Tjendra, Direktur Riset dan Innovasi KORIKA
(Asosiasi Riset AI Kolaboratif dan Inovasi Industri); Justin Vato selaku Manajer
Penjualan Regional dari Salesforce; Takeshi Aida selaku Founder dari RevComm Inc,
dan Takekatsu Hiramura selaku Chief Technology Officer (CTO) dari RevComm Inc.

Meski AI menjadi topik pembicaraan yang hangat, forum ini cukup langka bagi
pemimpin bisnis lantaran membahas bagaimana data suara merupakan aset berharga untuk beberapa tahun ke depan. Data suara yang dianalisa dengan AI mampu
berdampak pada kehidupan manusia khususnya membantu pertumbuhan bisnis.

Takeshi Aida, Founder dan CEO RevComm, yang merupakan pembicara utama dalam
forum ini memaparkan bagaimana peran voice AI berkembang pesat dan dampaknya
terhadap masyarakat serta bisnis. Dalam presentasinya, beliau juga akan membahas
tantangan dan peluang yang dihadapi oleh industri seiring dengan kemajuan pesat
dalam teknologi AI.

“Pertumbuhan AI adalah fenomena yang tidak bisa diabaikan. Voice AI menjadi salah
satu aspek yang memiliki potensi besar untuk mengubah cara kita berinteraksi, baik
dalam konteks bisnis maupun kehidupan sehari-hari,” ujar Takeshi Aida.

“Saya sangat bersemangat untuk berbagi pandangan dan berdiskusi dengan para pemimpin industri tentang bagaimana kita bisa memanfaatkan teknologi ini untuk kebaikan bersama.”

Takeshi menambahkan bahwa Indonesia berpotensi menjadi peringkat 7 negara
dengan Gross Domestic Product tertinggi di tahun 2030, apabila Indonesia benar-benar
memanfaatkan AI dalam aktivitas bisnisnya.

Andreas Tjendra, Direktur Riset dan Innovasi KORIKA (Asosiasi Riset AI Kolaboratif
dan Inovasi Industri) membenarkan bahwa Indonesia dapat meraih peringkat 7 sebagai
negara dengan GDP tertinggi. Setidaknya ada 4 pilar strategi adaptasi AI di Indonesia
yang dapat dimaksimalkan menurut Andreas.

Antara lain: Ethics and Policy; Infrastructure and Data infrastructure to support AI systems; Talent Development; ; dan Industry Research and Innovation.

Talent Development membuktikan bahwa adaptasi AI perlu dibarengi oleh
pengembangan kemampuan teknis dalam penggunaan AI. Oleh karenanya, MiiTel
selaku perusahaan berfokus pada pengembangan AI dan analisis data suara ingin membantu mewujudkan hal tersebut.

“AI di MiiTel menganalisis data analisis suara menjadi keluaran yang dapat bermanfaat
bagi bisnis. Mulai dari transkripsi, speech emotion recognition, hingga AI coaching. AI
ini memungkinkan AI dan manusia bekerja sama berdampingan, dan bukan
menggantikan manusia,” jelas Takekatsu Hiramura, CTO dari RevComm Inc.

Sebagaimana nilai dari perusahaan RevComm Inc adalah “AI seharusnya membuat manusia semakin cerdas, bukan menggantikan mereka,” MiiTel memungkinkan penggunaannya untuk semakin piawai dalam berkomunikasi melalui output dari analisis AI produk tersebut.

Acara ini eksklusif untuk para pemimpin dan eksekutif dari berbagai sektor yang ingin
memahami lebih dalam mengenai potensi AI serta dampaknya bagi masyarakat.
Peserta juga akan memiliki kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan Takeshi
Aida dan mendapatkan wawasan tentang masa depan teknologi AI. (*/ian) 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *