Agrowisata Kembang Desa Dawung ‘Ora Kopen’, Ditinggalkan Wisatawan! Ada Yang Salah?

JATENGONLINE, KARANGANYAR – Inilah potret obyek wisata terbengkalai berada lahan milik desa dan dikelola oleh BUMDes Dawung, Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar.

Kondisi terkini Agrowisata Kembang Desa Dawung berbeda dengan saat di resmikan dulu, selain tak terurus, tak ada satu pun pengunjung yang terlihat, hanya aktivitas beberapa orang di area tersebut.

Tak beda dengan tempat makan seperti kebanyakan, terkesan apa adanya, tanpa adanya perawatan dan pemeliharaan terjadwal.

Hiasan payung saat masuk obyek wisata ini berada usang, robek sana sini, menggantung diantara pohon dengan dedaunan yang ‘semrawut’ tak enak di pandang mata.

Tak ada satupun kendaraan terparkir di AgrowisataKembang Desa Dawung

Seperti diketahui awal pembukaan agrowisata Desa Dawung ini dibuka dan diresmikan oleh kala itu Bupati Drs.Juliyatmono, MM., MH. pada Oktober 2020 silam.

Ketika awak media berkunjung Ke Tempat Agrowisata Kembang Desa kondisinya sangat sepi dan memprihatinkan , tidak adanya pengunjung dan

Hanya ada deretan kios yang tutup, resto tanpa pengunjung, dan ada segelintir orang di masjid sedang menjalankan sholat ashar, karena saat tiba di lokasi bertepatan saatnya sholat ashar.

Ketika masuk pun diloket tiket tidak ada petugasnya, ternyata karyawan kios bakpia sekaligus sebagai petugas tiket.

Kilas Agrowisata Kembang Desa Dawung – Padahal dimasa awal selalu jadi tempat jujugan masyarakat Karanganyar dan sekitarnya, bahkan banyak yang datang dari luar daerah ini, dilengkapi dengan fasilitas wisata petik anggur dan oleh-oleh khas berupa Bakpia Mantep.

Bakpia Mantep berlokasi di area Agrowisata

Yang merupakan pengembangan kawasan wisata di Desa Dawung, Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar berkelanjutan. Karena setelah sukses dengan taman bunga Agrowisata Kembang Desa Dawung.

Tempat wisata ini sangat ramai perhari para pengunjung bisa ratusan orang karena fasilitas yang cukup menark selain kolam renang juga banyak tanaman yang berwarna- warni dan banyak para wisatawan baik lokal maupun dari luardaerah yang berwisata.

Seperti diketahui Agrowisata Kembang Desa tersebut berada di bawah pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) Dawung, menata kawasan wisata yang menawarkan pesona taman bunga. Lalu, menambahnya dengan wahana waterboom, kebun binatang mini.

BUMDes pun mengedukasi pengunjung dengan tidak lengkap rasanya piknik tanpa membawa oleh-oleh. Dari sini, dibuatlah bakpia. Namanya Bakpia Mantep.

Berawal dari sejumlah warga mengikuti pelatihan pembuatan bakpia di wilayah Gunungkidul Yogyakarta. Setelah mengikuti pelatihan, ujarnya, warga membuat bakpia dan dijadikan salah satu oleh-oleh di Agrowisata Kembang Desa Dawung. Harga Bakpia Mantep.

Bakpia Mantep diproduksi di kompleks ruko yang berada di kawasan Agrowisata Kembang Desa Dawung, Matesih. Ada dua jenis bakpia yang diproduksi, yakni basah dan kering, responsnya pun sangat positif dari para wisatawan yang berkunjung.

Agrowisata Kembang Desa Dawung menjadi salah satu destinasi wisata yang menawarkan pesona alam di Karanganyar. Pengunjung objek wisata mencapai 200 orang per hari dan 500 orang saat hari libur, kala itu.

Kawasan wisata ini ramah untuk anak-anak. Selain itu bisa menikmati taman bunga dan kebun binatang mini. Anak-anak pun juga bisa berenang di wahana waterboom. Dengan harg tiket masuknya cukup murah yakni Rp10.000 per orang.

Prasasti peresmian oleh Bupati Karanganyar Juliyatmono

Agrowisata Kembang Desa Riwayat Kini – Dari pantauan JO di lokasi, terdapat sejumlah gasebo yang tidak ‘kopen’ tak terawat dengan baik kebanyakan sudah usang, ilalang dan rumput liar tumbuh disetiap sudut, membuat obyek wisata ini kian kumuh.

Agrowisata Kembang Desa Dawung diakui sepi pengunjung, jika dihari biasa, namun akan ramai saat weekend dan hari libur Apakah demikian adanya? bukankah pengunjung sudah mulai jenuh, dan melirik obyek wisata lain yang lebih menarik untuk berwisata. .

Lalu, kenapa kondisinya tak terurus begini? selain sepi, disinyalir juga masih menyisakan sejumlah masalah, hampir semua fasilitas yang ada tak terawat dan kurang dimanfaatkan, kini hal itu menjadi perbincangan hangat di masyarakat.

Hingga berita ini diturunkan Kepala Desa Dawung Suyadi, SH belum berhasil dimintai keterangan terkait kondisi Agrowisata Kembang Desa Dawung yang memprihatinkan, tak sejalan dengan konsep diawal yang anggarannya demikian besar bagaimana mempertanggungjawabkannya.

Prasasti di waterboom kusut

Konsep awal agrowisata Kembang Desa bermula pemanfaatan lahan kosong. Seiring berjalan waktu, terus mencoba menerapkan inovasi pembangunan fasilitas dengan tujuan menarik wisatawan lebih luas dan banyak. BUMDes diharapkan nantinya bisa menjadi penyumbang dana pendapatan desa lebih meningkat setiap tahunnya.

Agrowisata Kembang Desa Dawung dibangun diatas tanah bengkok, pemanfaatan aset milik desa dikembangkan dengan konsep wisata bunga celosia dan taman buah petik. Seiring berjalanya waktu, fasilitas tempat swafoto dan kolam renang waterboom juga dibangun, diharapkan bisa meningkatan pendapatan serta menarik wisatawan.

Namun, dengan kondisi seperti saat ini, mana mungkin bisa mendatangkan pendapatan sesuai yang diharapkan, apalagi memenuhi target.

Ada Inovasi – Secara keseluruhan fasilitas di agrowisata sesungguhnya telah dibuat cukup menarik dan tidak terkesan copy-paste dengan desa wisata lainnya.

Mestinya pengelolaan desa wisata harus jelas dan terarah, perancangan harus ada konsep kajian yang jelas diiringi ada keunikan yang ditawarkan kepada wisatawan.

Perlu adanya perencanaan secara matang, apa yang mau ditawarkan desa wisata kepada pengunjung mulai dari kondisi alam sampai kekhasan kuliner hingga produk pertanian. (*/ian) 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *