Sedikitnya ada ribuan orang dari berbagai organisasi Islam se-Solo, seperti NU, Muhammadiyah, MTA, sejumlah pondok pesantren, elemen islam lainnya.
Ditemui di sela acara, Komisi Ukhuwah Islamiyah MUI Kota Solo, Gus Burhan menyampaikan, Gatsu Memanggil digelar dalam rangka sosialisasi sekaligus sebagai himbauan MUI Kota Solo terkait maraknya penjualan miras secara bebas di kota budaya ini.

“Masyarakat waras tanpa miras, tentrem ayen tanpo mendem. Kota Solo sebagai kota budaya, kota yang jauh dari segala gangguan akibat maraknya konsumsi dan penjualan minuman keras secara bebas,” papar Burhan.
Ada puluhan ulama yang hadir di Tabligh Akbar ini dan menyampaikan akibat, efek yang ditimbulkan karena miras, termasuk cara menanggulangi, mencegah dan mendorong pihak terkait untuk melarang izin dan peredaran secara bebas serta melakukan antisipasi bagi pemilik gerai maupun outlet-outlet miras yang telah melakukan pelanggaran.
Para ulama dan ormas Islam sepakat untuk melakukan pengawasan bersama, terutama di Jalan Gatot Subroto, mengingat nama jalan ini adalah jalan dengan nama Pahlawan perintis kemerdekaan RI, berjuang dengan tumpah darah penghabisan jangan sampai terkotori dengan maraknya perdagangan bebas miras dan aktivitas mabuk-mabukan.
Pemerintah Kota Solo membangun Koridor Gatsu, sebagai ajang eksplorasi kreativitas hasil karya warga Solo mulai dari seni hingga handycraft serta pasar bagi UMKM juga sebagai wisata publik, dimana segala usia berkumpul dan beraktivitas di tempat itu, sangat tidak etis dan memalukan jika ada yang minum minuman keras disini.
“Hal tersebut tentu sangat bertolak belakang dari tujuan pembangunan koridor ini dan sangat resah bila mana di tempat ini ada aktivitas penjualan minuman keras,” tegas Burhan.
Pada kesempatan tersebut Gus Burhan memohon dukungan dari semua pihak, dan berterima kasih kepada Walikota Solo, TNI, Polri, Satpol PP, Dinas terkait, yang telah bersama-sama dengan ikut serta dalam menanggulangi miras di Kota Solo.
Dihubungi terpisah Gus Ahmad Rifai SH, Majelis Al-Hidayah mengajak seluruh Masyarakat Solo, seluruh elemen, seluruh anak-anak muda, dan para sesepuh untuk ikut menyuarakan, njogo Solo, “Solo Kota Budaya. Kita peduli bangsa untuk menolak miras dan segala macam penyakit-penyakit masyarakat.” jelasnya.
Sedangkan dari Santri Makanya Ustad H Warsono Nurhadi mengajak, untuk bekerja sama menjaga Kota Solo, Solo kota baik dan Solo anti miras.
“Kita sengkuyung bersama-sama untuk menjaga Solo Kota Budaya, Solo Kota Baik, dan Solo anti miras,” jelasnya.
Adapun Ustad H. R Djayendra Dewa, Radja Fondation menambahkan, bahwa generasi yang hebat adalah generasi yang terhindar dari miras. “Mengajak seluruh orang tua dan generasi untuk menyelamatkan generasi Indonesia dari bahaya minuman keras,” tegasnya.
Selanjutnya dari Majlis Mujahiddin Jawa Tengah Ustad Joko Nugrahanto memohon kepada pemerintah untuk segera meniadakan miras di kota Solo dan sekitarnya, karena dianggap sangat berbahaya bagi generasi muda.
Karena manakala mereka itu terjerumus dalam miras maka otaknya terasa ‘koplak‘ encer dan mereka sudah tidak akan menjadi harapan lagi di masa-masa mendatang.
“Sangat luar biasa pengaruhnya, mudah-mudahan anak-anak muda kita tidak terjerumus ke dalam miras,” pungkas Joko Nugrahanto. (*/ian)