Warga Keturunan Tionghoa Gelar Ritual Ci Swak
JO, Solo – Warga keturunan Tionghoa di Solo menggelar upacara Ci Swak (tolak bala) di Kelenteng Poo An Kiong kawasan Coyudan Solo, Senin.
Upacara ritual yang dilakukan sebelum Cap Go Meh tersebut, ditandai dengan umat Tri Dharma melepas sekitar 7.000 ekor burung pipit dan 3.000 ekor ikan lele.
Pelepasan burung pipit dan ikan lele merupakan simbol kebebesan, dan dengan membebaskan makhluk hidup ke alam, diharapkan pada tahun baru Naga Air 2653 tahun ini tidak akan ada hambatan, kata Ketua Umum Kelenteng Poo An Kiong Boen Setiawan di sela-sela upacara ritual tersebut di Solo.
Ia mengatakan, ritual ini kalau orang Jawa mengatakan ruwatan, yakni membuang sesuatu yang buruk. Seperti tahun ini masuk Naga Air, beberapa shio dianggap bertentangan seperti shio anjing dan naga.
Ritual pelepasan burung dan ikan tersebut dimulai dengan upacara pembacaan mantra yang berisikan doa-doa kepada Tuhan serta kepada Dewa Kong Tek Tjun Ong atau Dewa Keselamatan diikuti semua umat yang datang di kelenteng tersebut.
Ribuan burung pipit tersebut dilepaskan di depan kelenteng, sedangkan ikan lele dilepaskan di aliran Sungai Bengawan Solo. Selain ritual Ci Swak tersebut, Kelenteng Poo An Kiong atau yang lebih dikenal sebagai Kelenteng Coyudan juga menggelar upacara atau doa pergantian tanggal 8 ke tanggal 9 bulan pertama tahun China.
“Ya kalau untuk doa yang dilakukan pada malam hari itu dilakukan di semua kelenteng, dan tujuannya sebagai rasa terima kasih dan harapan agar ke depannya tidak ada halangan dalam menjalani kehidupan,” katanya. –ant/tyo