Sukiyat dan Mobil Esemka ….
JO, Klaten – Pemilik bengkel Kiat Motor, Klaten, Sukiyat merasa dikambinghitamkan atas pemberitaan mengenai dirinya yang akhir-akhir ini muncul. Akibatnya banyak beberapa pihak yang memprotes dirinya.
“Ada beberapa pemberitaan bahwa nama saya “dicoret” oleh pihak tertentu terkait mobil Esemka. Padahal tuduhan itu tidak benar,” jelas Sukiyat, Senin (5/3), tanpa menyebut pemberitaan dari mana.
Sukiyat mengaku jika dirinya seperti dikambinghitamkan oleh kepentingan beberapa pihak melalui pemberitaan lainnya soal mobil Esemka. “Seolah-olah saya minta diperhatikan. Sehingga banyak yang mengira saya seenaknya sendiri tanpa memikirkan kemajuan proses kesuksesan mobil Esemka,” kata Sukiyat.
Jika ini menjadi polemik di media massa, kata Sukiyat, dirinya meminta diadakan bedah produk mobil Esemka. Hasil pembedahan ini akan memaparkan bagian mana saja yang asli buatannya, mana yang dibeli dan mana yang dibuat anak-anak SMK.
“Saya tidak bisa dibodohi. Sebenarnya, saya dengan Walikota Solo Joko Widodo baru membuat lapangan pekerjaaan, tapi kenapa tiba-tiba sudah menjadi polemik seperti ini. Saya tidak berambisi ingin masuk ke Solo Techno Park atau PT Solo Manufaktur. Saya hanya ingin kembali ke habitat saya,” ujarnya.
Pihaknya juga ingin meluruskan pemberitaan mengenai proses perakitan mobil Esemka yang menyebutkan bahwa dirakit pada 2002. “Proses prakitan mobil Esemka itu bukan dimulai pada tahun 2002, melainkan proyek dimulai 2009,” ujar Sukiyat.
Sukiyat menceritakan, pada 2002 dirinya membantu membuat mobil mini sebagai model pembelajaran. Sedangkan pada 2009 membuat Crown menjadi Land Cruiser. Setelah itu pada 2010 membuat Kiat Esemka berjenis SUV di SMK 5 Surakarta. Sedangkan Double Cabin dibuat di SMK 2 Surakarta. Kemudian dilanjutkan pada 2011.
“Sedangkan yang dirakit dari nol yakni jenis Pick Up dan Double Cabin yang perkitannya dimulai dari SMKN Trucuk pada tahun 2011. Nulis itu harusnya yang urut,” tandasnya.
Sukiyat juga membantah soal tudingan penerimaan uang Rp 4,5 juta dari beberapa SMK untuk proses perakitan. Ia menjelaskan, uang tersebut digunakan untuk biaya makan, ijazah dan buku buat para siswa. Sedangkan biaya untuk pembuatan hardtop mini gratis.
“Nominal uang itu sudah diputuskan melalui rapat sekolah yang dipimpin oleh direktur SMK. Jika di Solo, uang itu untuk guru-guru belanja keperluan belajar dan praktek. Sedangkan di Trucuk digunakan untuk belanja plat, lampu,” jelas Sukiyat.
Menanggapi hal ini, Wakil Komisi II Klaten, Sunarto mengatakan Jika ingin mengakhiri polemik maka perlu diadakan bedah produk. Hal ini penting agar sejarah mobil Esemka lebih jelas siapa saja yang berkontribusi di dalamnya.
“Ada yang mengatakan bahwa tahun 2002 sudah dibuat. Padahal itu kan ada proyek pemerintah juga,” jelasnya.
Pihaknya menghimbau agar dunia usaha harus rela membantu demi kemajuan mobil Esemka. Sebab, selama ini belum ada pengusaha yang rela memperlihatkan tanggung jawabnya kepada perkembangan produk anak bangsa. – tml