KRONIKAWARTA JATENG

Jenang Quo Ciu di Festival Jenang Solo 2013

Jenang Quo Ciu, Biasa Disajikan Hari ke-9 Setelah Perayaan Imlek
Jenang Quo Ciu, Biasa Disajikan Hari ke-9 Setelah Perayaan Imlek

JO, Solo — Yang berbeda dari penyelenggaraan Festival Jenang Solo (FJS)2013 yakni stan Perkumpulan Masyarakat Surakarta (PMS) yang menampilkan Jenang Quo Ciu, yang berada disebelah panggung utama di Koridor Ngarsopuro. Minggu (17/2/2013)

Jenang khas masyarakat Tionghoa ini memang kurang dikenal, bila dibandingkan dengan jenang yang saat ini ditemui dipasaran, padahal rasa dan sajiannya sangat khas dan mengundang selera.

Ketua Humas dan Bagian Umum PMS, Sumartono Hadinoto mengungkapkan, jenang yang menjadi ciri khas makanan etnis Tionghoa yang ditampilkan dalam even FJS 2013. Diharapkan makanan tersebut dapat memperkaya kuliner serta beralkulturasi dengan makanan-makanan khas di Kota Solo.

“Diharapkan makanan khas etnis masyarakat Tionghoa yaitu Jenang Quo Ciu.  Semakin dikenal dan dinikmati oleh masyarakat Kota Solo,” papar Pak Martono.

Perwakilan PMS Endang Mustika mengatakan, jenang Quo Ciu bagi masyarakat Tionghoa merupakan makanan yang biasa disajikan saat hari ke-9 setelah Imlek. Sebagai wujud syukur kepada Tuhan atas melimpahnya rezeki pada tahun sebelumnya.

“Merupakan pengharapan agar pada tahun baru Imlek, umat manusia diberi berkah serta rezeki yang melimpah,” terang Endang.

Bahan-bahan yang digunakan untuk penbuatan jenang ini  berasal dari 9 biji-bijian diantaranya kedelai putih, kacang tolo, kacang ijo, jali, jagung, kacang merah, kedelai putih dan kedelai hitam. Untuk membuat Jenang ini,  dibutuhkan waktu sekitar 3 jam. Terang Endang

Selain itu juga digunakan ketan putih dan beras merah. Setiap bahan-bahan yang digunakan tersebut mengandung filosofis yang dalam. Seperti digunakannya bahan biji-bijian tersebut sarat makna dan simbol, yakni wujud pengharapan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sedangkan ketan dan beras merah merupakan simbol agar mempererat persatuan.

“Biji-bijian yang digunakan ini kan tumbuhnya keatas, sehingga menyimbolkan harapan dan doa kepada yang diatas. Sedangkan ketan dan beras merah, agar hubungan persaudaraan makin erat dan terus bersatu,” tambahnya. – tyo

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *