Bubble, KPR Rawan Backlog

JO, Solo – Penyaluran kredit perbankan, khususnya di sektor kredit pemilikan rumah (KPR) mengalami lonjakan cukup tinggi pada semester II 2013. Kondisi demikian tentunya berpotensi memicu risiko tidak sehat bagi sektor perbankan.
Jika hal itu tak lekas ditangani, Deputi Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Solo, Arif Nazaruddin mengkhawatirkan bakal terjadi peningkatan harga aset properti yang tidak mencerminkan harga sebenarnya atau dikenal dengan istilah bubble. Akibatnya risiko kredit perbankan meningkat dengan eksposur kredit properti yang besar.
“Kalau sampai bubble, banyak KPR tidak bisa terjual atau backlog. Ini berdampak buruk bagi sektor perbankan dan pengembang,” ujarnya dalam Sosialisasi Laporan Publikasi mengenai Kajian Stabilitas Keuangan, di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Solo, Kamis (19/12).
Deputi Direktur DKMP Bank Indonesia, Ibrahim dalam kesempatan yang sama menambahkan, pada prinsipnya kebijakan loan to value (LTV) KPR dan down payment (DP) kredit kendaraan bermotor bertujuan untuk menggiring pertumbuhan sektor usaha properti sehat dan berkelanjutan.
Manajemen risiko bank diarahkan pada consumer protection yang pro pada masyarakat berpenghasilan rendah. Adapun untuk nonperforming loan (NPL) alias kredit bermasalah, saat ini masih terbilang bagus dan cukup sehat.
Sementara guna tetap menjaga perekonomian produktif dan mampu menghadapi tantangan sektor keuangan, menurut Ibrahim perlu adanya kebijakan yang dapat memperkuat ketahanan sektor keuangan. Hal itu penting untuk meminimalisasi sumber-sumber kerawanan yang akan muncul, termasuk pertumbuhan KPR dan KKB yang berlebihan. – tyo