Neo-Komunisme, Isu dan Antisipasinya

JO, Sukoharjo – Sejumlah praktisi pendidikan sejarah maupun pengamat faham komunis sepakat bahwa sampai saat ini gerakan neo-komunisme yang kerap didengungkan sebenarnya masih sebatas isu. Namun langkah antisipasi masih tetap harus dilakukan, karena dipahami komunisme sebagai sebuah faham diyakini tidak akan pernah mati, meskipun tingkat kebangkitannya masih disangsikan.
Penyataan tersebut muncul dalam diskusi dalam seminar yang digelar Lembaga Mitra Masya dengan tema “Mewaspadai Gerakan Neo-Komunisne di Indonesia” bertempat di Paradiso Resto, Solo Baru, Sukoharjo. Senin (23/12/2013), dihadiri ratusan elemen masyarakat di wilayah Solo Raya.
Pegiat Lingkar Studi Griya Kebangsaan, Samsul Bahri menyatakan, seringkali diselenggarakan seminar dan diskusi membahas isu neo-komunisme. Menurutnya hal tersebut sebagai langkah antisipasi yang agak berlebihan. Karena diyakininya neo-komunisme yang diwaspadai tersebut tidak akan muncul.
“Tidak lepas dari sejarah, kota Solo menjadi barometer sejumlah faham termasuk komunis dari PKI. Dalam pemilu 1955 silam PKI menang mutlak hampir 40% di Solo, dan dipastikan pula sampai saat ini faham tersebut masih ada di sebagian keluarga penganut PKI, hanya saja potensi untuk muncul dan berkembang bahkan menjadi ancaman, sangat kecil.”ungkap Samsul Bahri, yang tampil sebagai salah satu dari tiga pembicara dalam seminar tersebut.
Ditegaskan Samsul, yang perlu diwaspadai saat ini, munculnya penyimpangan-penyimpangan elit politik yang akan mempengaruhi kehidupan berbangsa dan bernegara, seperti maraknya kasus korupsi.
“Yang diwaspadai adalah munculnya sikap ketidakpercayaan pada pemerintah karena sejumlah kasus yang melibatkan pejabat negara atau elit politik. Namun apakah hal itu juga masuk dalam kategori neo-komunisme baru itu yang belum diketahui.”pungkasnya. – ian