Jangan Buang Abu Vulkanik ke Sungai

JO, Klaten — Sekitar 50 persen saluran irigasi yang ada di Klaten terganggu oleh tebalnya abu vulkanik dari gunung Kelud. Akibatnya, aliran air menjadi terhambat karena dampak sedimentasi abu vulkanik yang cukup tebal.
Kepala Bidang Sumber Daya Air (SDA) Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Klaten, Harjaka, mengungkapkan sedimentasi terjadi hampir di seluruh saluran irigasi di Klaten. Hingga saat ini, Bidang SDA DPU Klaten mencatat panjang saluran irigasi induk primer ada sekitar 43.000 Kilometer (Km).
Sedangkan, saluran irigasi sekunder panjangnya sekitar 483.000 Km.
Kendati demikian, pihaknya tidak memiliki data resmi berapa total panjang saluran irigasi tersier dan kuarter yang mengarah ke lahan pertanian. Pihaknya memperkirakan kedua tipe saluran irigasi tersebut lebih panjang dari pada primer dan sekunder.
“Dari jumlah tersebut, pelayanan aliran air pada saluran irigasi tersebut hanya optimal 50 persen. Tidak optimalnya aliran irigasi itu disebabkan saluran terkena sedimentasi abu vulkanik,” ungkap Harjaka kepada wartawan, Kamis lalu
Lebih lanjut, Harjaka mengatakan sedimentasi pada saluran irigasi itu akan lebih terlihat dalam tiga pekan ke depan. “Saat ini belum begitu terlihat parahnya sedimentasi pada saluran irigasi. Namun, dalam tiga pekan ke depan mungkin sudah bisa kelihatan abu vulkanik yang mengendap tersebut,” tambah Harjaka.
Selain menghambat irigasi, abu vulkanik juga menyebabkan saluran pembuangan atau drainase tersumbat. Tersumbatnya drainase tersebut dirasakan di sejumlah titik perkotaan. Hal itu terbukti dengan tersumbatnya aliran air di jalan saat terjadi hujan deras.
Atas kondisi tersebut pihaknya mengimbau warga agar tidak membuang abu vulkanik ke saluran pembuangan maupun ke sungai. Namun, abunya dibuang ke kebun atau area pertanian. Sebab, abu vulkanik itu bisa menyuburkan tanah. – tml