Marxisme, Kompeten Atasi Masalah Sosial
JO, Wonogiri – Didasarkan pada ketentuan Ketetapan MPRS No. XXV/MPRS/1966 tentang Pembubaran Partai Komunis, Pernyataan Sebagai Organisasi Terlarang di Seluruh Wilayah Negara Republik Indonesia bagi Partai Komunis Indonesia dan Larangan Setiap Kegiatan untuk Menyebarkan atau Mengembangkan Faham atau Ajaran Komunisme.

“Namun demikian sebagai paham yang berangkat dari cita-cita ideal kebersamaan (community – sama rata sama rasa), paham ini sangat mudah mengundang simpati di tengah kemelaratan dan kemerosotan moral. Dimana ada kemiskinan disitu tumbuh subur komunisme,” terang Syamsul Bachri, Pegiat Lembaga Lingkar Studi Griya Kiri Surakarta, Dalam Seminar Regional Sehari “Gerakan Radikal Kiri & Fenomena Komunisme Gaya Baru” di RM Sarawati Wonogiri. Kamis (27/2/2014).
Komunisme di Ranah Global
Dimasa lalu, setiap kali ada pemberitaan internasional yang disiarkan oleh TVRI tentang negeri-negeri Sosialis selalu digambarkan tentang Rakyat yang hidup dalam kemiskinan, papa, sengsara, perumahan yang buruk, alkoholisme, penyalahgunaan obat-obatan, polusi, pabrik-pabrik yang sudah ketinggalan zaman, korupsi kecil-kecilan hingga yang besar-besaran, gulag, pembersihan besar-besaran, kecelakaan Chernobyl.
“Siapa yang melawan Negara imbalannya adalah kematian atau penjara. Pokoknya tidak ada kebahagiaan didalam negeri-negeri sosialis atau komunis,” kata Syamsul
Menurutnya, hal itu sangat berbeda jauh dengan gambaran yang disiarkan tentang Negara-negara Eropa atau Amerika Serikat, disana digambarkan tentang manusia-manusia yang hidup bahagia, makmur, adil, demokratis dan humanis. Selaras dengan gambaran surga yang digambarkan oleh para pemuka agama.
“Sehingga dalam otak kami sudah terpatri pula, kalau mau hidup sejahtera, adil, makmur, bahagia, kami harus mengikuti jalannya Negara-negara rejim pasar tersebut,” ujar Syamsul
Haruslah diakui, bahwa dengan bermacam-macam variasi pemahaman akan sosialisme, tokoh-tokoh nasional pembela kemerdekaan Indonesia, mulai dari H.O.S.Tjokroaminoto, Haji Agus Salim, Tan Malaka, Darsono, Semaoen, Moesso, Tan Ling Djie, Tjoa Siek In, Mohammad Hatta, Soetan Sjahrir, Bung Karno sampai-sampai Haji Roeslan Abdoelgani dan Siauw Giok Tjan adalah pendamba sosialisme.
Bung Karno yang dari masa muda remaja gandrung akan Marxisme, bukan hanya mendambakan sosialisme, bahkan berkali-kali menganjurkan untuk mempelajari Marxisme, yakni ilmu yang kompeten dalam memecahkan masalah-masalah sosial. – ian