STTW Gandeng IKATSI Pelatihan Ecoprint, Miliki Potensi Pasar Yang Besar

Ketua STT Warga, Roedy Kristiyono, S.T., M. Eng

JATENGONLINE, SOLO – Istilah Ecoprint mungkin masih jarang diketahui oleh masyarakat. Sesuai namanya, “Eco” berasal dari kata ekosistem yang berarti lingkungan alam dan “print” berarti cetak. Mencetak motif pada kain dengan cara menjiplak dedaunan kemudian merebusnya sehingga menghasilkan warna yang alami. Lebih dikenal dengan “Batik Ecoprint” karena mirip dengan pembuatan batik hanya saja tidak menggunakan alat canting.

Salah satu tujuan dari pelatihan ini adalah untuk memberikan wawasan tentang pemanfaatan potensi lingkungan dan pengembangan skill bidang karya seni Ecoprint.

Ketua STT Warga, Roedy Kristiyono, S.T., M. Eng menjelaskan, jika kegiatan ini sebagai sarana menimba ilmu dan pengetahuan yang nantinya diharapkan dapat diamalkan oleh peserta karena hal ini merupakan keterampilan sekaligus seni handmade. Ecoprint merupakan budaya kearifan lokal dan akan terus dikembangkan.

“STTW menjadi suatu pusat pengembangan keilmuan tentang batik, tentang tekstil Agar tidak punah Ecoprint tetap dikembangkan dan bermanfaat untuk semua lapisan masyarakat, kita menggandeng beberapa ahli untuk terus mengupayakan bahwa ini nanti bisa dilihat sebagai industri kreatif,” ujarnya. Sabtu (14/1/2023)

Peserta saat mengikuti pelatihan

Kedepannya, lanjut Roedy, butuh pelatihan dengan digital marketing, dimana nanti akan memangkas beberapa komponen untuk pembiayaan-pembiayaan, memangkas biaya-biaya promosi pemasaran. Sehingga diharapkan produk ini tetap murah dan terjangkau oleh masyarakat.

“Kami berharap ada sesuatu goodwill dari pemerintah untuk industri kreatif ini, agar bisa bertumbuh dan berkembang,” pungkasnya.

Sementara Wakil Ketua Umum Sektoral IKATSI Pusat Sukotjo menambahkan, kegiatan ini sebagai upaya transfer knowledge, sehingga minimal mereka bisa memproduksi untuk dirinya sendiri, sekaligus upaya untuk mengembangkan potensi tekstil yang ada di Indonesia.

“Pelatihan yang dilakukan di STTW ini salah satu bidang yang menyelenggarakan tekstil tradisional dan batik,” jelas Sukotjo, disela-sela pembuatan ecoprint.

Disinggung potensi pasar, imbuhnya, untuk pasar di Indonesia masih sangat terbuka luas, diuntungkan dengan kondisi demografi dan jumlah penduduk 270jt jiwa.

Wakil Ketua Umum Sektoral IKATSI Pusat, Ir. Sukotjo

“Tercatat hasil dari industri tekstil tahun 2021 mencapai 10 milyar dolar, dan di tahun 2022 diperkirakan 11,4 milyar dolar. Dan pada akhirnya nanti pada tahun 2030, kita harapkan mencapai 40 milyar dolar,” kata Sukotjo.

Seperti diketahui pembuatan batik dengan pewarna sintetis kurang ramah lingkungan, maka digunakan pewarna alam supaya lebih ramah lingkungan, meski pewarna alam masih dikenal rumit cara penggunaannya. Secara alami menggunakan bunga, daun, batang, atau bagian tumbuhan lainnya, selanjutnya menghasilkan motif unik yang dikenal dengan  ecoprint. (*/ian)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *