JATENGONLINE, SOLO – Pemerintah Saudi semakin ke depan bertekad dan berkomitmen untuk melayani tamu -tamunya Allah secara lebih baik dalam hal sistem managementnya, sistem informasinya termasuk dalam hal makanan.
Saudi dalam hal makanan mempunyai standar tinggi dimana ada SFDA (Saudi Food and Drug Authority) hal tersebut memang sangat ketat tidak hanya dalam makanan yang dijual di modern trade atau tapi juga merambah ke pelayanan haji.
“Saudi ini sudah memposisikan diri sebagai khodamul alharomain sebagai pelayan dua tanah suci. Otomatis salah satu tanggung jawabannya adalah melayani tamu -tamu Allah dengan sebaik-baiknya, itu tekad Saudi.” kata H. Puspo Wardoyo, Founder PT Halalan Thayyiban Indonesia ( PT HATI) Solo, Jawa Tengah.
Dalam hal makanan, lanjut Puspo, saat ini sebagian besar makanan haji disuplai oleh catering-catering yang sifatnya masih belum modern atau belum standard pabrikasi, masih catering yang bisa dikatakan tradisional.
“Kedepannya mau tidak mau, suka tidak suka, Kerajaan Saudi akan meningkatkan pelayanan makanan sehingga kedepannya, termasuk dalam proses produksi juga harus mengikutu standar GMP (Good Manufacturing Process) dan juga mengimplementasikan HACCP (Hazard Analysis Control Point),” terangnya.
Sehingga makanan yang dihasilkan oleh catering atau pabrikasi ini menjadi satu lebih higienis, kedua lebih sehat, kemudian ketiga lebih awet dengan menggunakan teknologi tinggi dan juga menggunakan standar proses sesuai dengan SFDA atau proses fabrikasi. Ini yang ke depan harus menjadi konsen dari semua pelaku di bisnis makanan perhajian.
Bisa di bayangkan kalau catering yang masih tradisional, yaitu bagaimana makanan yang jumlahnya puluhan ribu, ratusan ribu, bahkan jutaan porsi tersebut harus setiap hari disiapkan. Di masak hari ini, dikemas hari ini, kemudian di delivery hari ini serta dikonsumsi hari ini juga. Betapa susahnya mengelola hal tersebut.
“Saat ini kurang lebih ada sepuluh juta makanan setiap hari diproduksi, dan hal tersebut tiga kali produksi dan tiga kali makan. Tiga kali makan inilah yang membuat seperti layaknya hell kitchen. Jadi pressurnya sangat tinggi,” imbuhnya.
Ketika memproduksi makanan dengan pressure yang sangat tinggi dan dalam waktu serta kecepatan yang tinggi pula sehingga membuat banyak kekurangan. Ini yang menjadikan pemerintah Saudi kedepan mungkin tidak bisa lagi seperti ini. Mestinya makanan itu diproduksi dengan kondisi normal, artinya normal pekerja gitu, normal situasinya tidak dalam kondisi yang high pressure atau tekanan tinggi, sehingga membuat kualitas, higienis produk dan sebagainya itu akan sangat sulit ketika memproduksi makanan dalam kondisi high pressure seperti ini.
Jauhnya jarak lokasi dari Maktab, membuat Jamaah haji khususnya untuk jamaah Indonesia ini kadang-kadang berangkat zuhur pulangnya habis isya. Berangkat ashar pulangnya juga habis isya juga, ini menjadi salah satu problem juga kalau menggunakan fresh catering. yang mana hanya layak dikonsumsi kurang lebih 3 sampai 4 jam di suhu ruangan.
“Salah satu kendala utama di dalam fresh catering ini adalah masalah transportasi. Ketika semakin banyak jamaah’ haji dengan infrastruktur jalan terutama yang tidak bertambah secara signifikan, maka transportasi menjadi kendala utama di dalam proses pendistribusian makanan. Ini yang mengakibatkan juga fresh catering ini bukan menjadi solusi, bahkan menjadi kendala,” katanya.
Sehingga ketika sudah dimasak tapi tidak bisa didistribusikan, ini salah satu kendala sampai saat ini, sampai haji tahun ini.
“Ini juga kita alami kemarin, jadi kita sudah masak tapi tidak bisa menjangkau di tempat-tempat dimana jamaah’ haji tinggal, terutama di hotel-hotel di Mekkah.” katanya.
Ini pun juga menjadi catatan, sehingga salah satu solusi yang terbaik adalah makanan siap saji dari PT Halalah Thayyiban Indonesia yang praktis dan mudah dikonsumsi, dimana didistribusikan ketika jamaah haji belum padat atau belum menempati hotel. Ini salah satu solusi sehingga jamaah haji itu mendapatkan jaminan makanan atau stok makanan yang sudah ada di hotel, bahkan sebelum jamaah’ haji itu datang sehingga jamaah haji menjadi tenang.
Dan PT HATI pun mendapatkan penghargaan dari perusahaan di Arab Saudi Mashariq Mutamayyizah (Rakeen), karena dinilai sukses melayani pesanan untuk rangkaian Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna) sebanyak 1.286.400 porsi, dan pesanan dari Kemenag sejumlah 218.400 porsi untuk Hotel Makkah.
Ada sejumlah rangkuman yang melatar belakangi perolehan penghargaan tersebut diantaranya, Perbandingan Fresh Food dan Makanan Kemasan siap saji; Flashback Kendala persiapan penyediaan operator makanan haji; Masalah anggaran, karena berkaitan dengan kesehatan makanan, karena menjadi salah satu faktor suksesnya ibadah jamaah haji di tanah suci.
Lalu, berapa Jam bertahan lama fresh catering di suhu ruangan; Ibadah haji banyak menemui kendala terkait dengan makanan yaitu diproduksi dengan GMP dan HACCP. (*/ian)