Pepatah Jawa “Ngono Ya Ngono Ning Aja Ngono” Apa Maknanya? Simak Penjelasan Berikut! 

JATENGONLINE, SOLO – Pepatah Jawa tentang “Ngono Yo Ngono ning Ojo Ngono“. Terjemahan bebas ke dalam bahasa Indonesia berarti “Anda boleh bertindak sesukanya, namun jangan di luar batas!” Hal itu, kerap kali diabaikan oleh orang-orang Jawa saat ini. Penulis teringat dengan nasihat yang dulu selalu disampaikan oleh Orang Tuaku kepada anak-anaknya bahkan ke anak keturunannya.

Pepatah Jawa zaman dahulu itu memang terasa sangatlah mantap. Walaupun belum tahu artinya seratus persen, namun hal itu sangatlah bermanfaat. Kalimat dalam bentuk sindiran dalam bahasa Jawa khususnya memiliki makna yang sangat mendalam dan sulit untuk dilupakan bahkan sangat berkesan dalam hati. Nasihat atau bisa dikatakan sebagai sindiran itu merupakan nasihat yang sering Penulis dengarkan ketika tingkahku sudah mulai di luar kewajaran atau di luar batas.

Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali dihadapkan pada situasi yang membingungkan, sulit untuk dimengerti atau bahkan kita harus membuat keputusan yang sangat sulit. Di tengah kebingungan karena sulitnya keputusan/keraguan tersebut, maka kita harus melihat sebuah filosofi hidup dari budaya Jawa yang kemungkinan besar bisa memberikan pandangan baru yaitu ngono ya ngono ning aja ngono.

Perlu diketahui bahwa filosofi dari bahasa Jawa dengan kata ngono artinya begini/seperti ini. Jadi ngono ya ngono bisa diartikan sebagai begitulah adanya/demikianlah keadaannya. Namun penekanannya dalam filosofi ini terletak pada kata aja ngono yang berarti jangan begitu/ jangan seperti itu.
Kalimat itu mengajarka kita untuk menerima realitas apa adanya (ngono ya ngono), namun juga mengingatkan untuk tidak terjebak dalam keadaan yang tidak diinginkan atau merugikan (aja ngono). Inilah kalimat yang menunjukkan pentingnya menerima kenyataan dan menjalani hidup dengan bijaksana, namun juga tetap aktif dalam melakukan perubahan yang diperlukan.

Setiap orang, keluarga, lembaga, perkumpulan manusia apapun setidaknya haruslah berpikir seribu kali dan kembali kepada pepatah Jawa “ngono ya ngono, ning aja ngono” benar yang benar, namun janganlah merasa paling benar. Yakin ya yakin namun janganlah terlalu yakin. Mungkin pada taraf dan situasi tertentu kita butuh ragu-ragu, dalam arti bahwa kita harus berhati-hati sehingga tidak sembrana. Boleh saja berperilaku sekehendak sendiri, namun jangan sampai melanggar nilai norma sehingga akan merugikan orang lain.

Ngono ya ngono, ning aja ngono merupakan salah satu pepatah yang mengajarkan kita semua untuk tidak berbuat berlebihan. Karena orang yang berbuat berlebihan cenderung akan menimbulkan masalah baru yang tidak di duga-duga datangnya. Kemudian imbasnya, akan merugikan orang lain. Jadi apabila melakukan sesuatu perbuatan itu hendaknya selalu dipertimbangkan dengan matang.

Sebagai contoh sikap berlebih-lebihan antara lain menambah-nambah kadar kemampuan, berlebihan dalam mengkonsumsi makanan, bermewah-mewah dalam makanan dan minuman, menumpuk harta yang tidak terlalu dibutuhkan, termasuk urusan utang piutang bisa jadi akan berubah menjadi urusan pertengkaran ( ditagih malah marah-marah atau ditagih di depan umum).
Contoh lain misalnya yang namanya anak hidupnya di lingkungan kampung, apalagi dengan wahana permainan yang sangat dan sangat alami, mulai dari bermain tanah dicampur air, memanjat pohon, berenang di sungai, lari-lari di jalan atau di persawahan untuk mengejar layangan putus, dhelikan, jamuran, sampai iseng-iseng memancing di kolam renang.

Anak-anak yang tukang ngeyel atau ndablek istilah Jawanya, apabila perilaku atau polah sudah terlihat kebablasen, maka kata-kata sindiran/ nasihat itu akan muncul. Secara otomatis bahkan bisa dikatakan seperti ada mantra-mantra abakadabranya. Ketika sudah mendengar kata-kata sindiran/nasihat, maka dengan sekejap anak-anak itu akan langsung menghentikan polah atau perilaku yang sudah dianggap kebablasen tadi.

Akan jauh berbeda apabila hal itu dilakukan oleh anak-anak di zaman sekarang. Sudah terlihat sangat berbeda sekali adat atau tradisi bagi masyarakat Jawa dalam hal nasihat/sindiran, bisa dikatakan sangat efektif. Anak-anak sekarang tradisinya harus dengan redaksi yang sangat panjang dan lebar, itupun belum tentu akan segera dipahami.

Perlu dipahami juga bahwa nasihat/sindiran yang dilakukan oleh orang zaman dahulu, menyampaikan nasihat/sindiran dengan memberi teladan. Orang Tua akan memerintah anaknya jika OrangTtua itu sendiri juga sudah melakukannya. Tidak mungkin mereka akan memerintah kepada anaknya apabila mereka belum melakukannya sendiri.

Orang Tua zaman dulu itu sangat memahami bagaimana kondisi anak yang belum memahami/mengerti semua hal (dunung) dalam pikirannya untuk memutuskan yang baik dan benar. Sehingga makna petuah ngono ya ngono ning aja ngono itu merupakan bentuk rasa maklum atas kesalahan/kecerobohan yang sudah dilakukan oleh anak. Namun Orang Tua tetap berusaha untuk selalu mengontrol jangan sampai yang dilakukan itu melampaui batas apalagi merugikan orang lain.

Ngono ya ngono ning aja ngono merupakan suatu pedoman hidup yang sederhana bunyinya, namun mencakrawala maknanya. Maka sesepele apapun kelakuan/polah kita, kata kuncinya adalah jangan sampai merugikan, menyakiti, dan mengganggu orang lain. Apabila didalami dan dikupas dari kata ngono ya ngono adalah pemberian ruang kebebasan untuk bersikap, berperilaku, dan berekspresi. Namun demikian walaupun ngono ya ngono, ning aja ngono.

Maksudnya, sebebas-bebasnya diberi ruang untuk ekspresi tetap moral sosial budaya memaksa untuk membatasi apapun yang dilakukan. Karena kita itu hidup berdampingan dengan manusia yang lain yang juga mempunyai pola pikir, sensitivitas, kondisi perasaan bahkan latar belakang budaya yang jauh berbeda. Sehingga dalam kehidupan sehari-hari konsekuensi logisnya yaitu bagaimana kita tetap bisa hidup yang selaras untuk menghindari gesekan, benturan, konflik antar sesama.
Untuk menerapkan pepatah ini dalam kehidupan sehari-hari antara lain dengan menerima realitas apa adanya, tanpa merasa terlalu terbebani oleh hal-hal yang tidak dapat diubah.

Meskipun menerima kenyataan, janganlah sampai terjebak dalam keadaan yang merugikan atau tidak diinginkan. Namun sebaliknya bertindaklah secara bijaksana untuk mencari solusi atau melakukan perubahan yang diperlukan.

Dalam menghadapi situasi yang sulit atau tidak sesuai dengan harapan, yang penting bisa mengelola emosi dengan baik. Hindari bereaksi secara impulsive atau emosional, dan cobalah untuk tetap tenang dan rasional dalam mengambil keputusan. Ketika menghadapi kesulitan, pertimbangkan dengan bijak apakah itu sesuatu yang dapat diubah atau tidak. Jika diubah, haruslah mencari solusi/membuat perubahan yang diperlukan.

Namun jika tidak bisa diubah, berusaha dan belajar untuk menerima kenyataan dengan lapang dada. Belajar dari pengalaman, setiap situasi dalam hidup memberikan pelajaran berharga. Dengan menggunakan pengalaman akan tumbuh dan berkembang sebagai individu. Di saat menghadapi tantangan, berusahalah untuk menanyakan pada diri pribadi yang bisa dipelajari dari situasi yang sulit ini, untuk menghadapi situasi serupa di saat yang akan datang.

Kesimpulan dari pembahasan tersebut di atas adalah bahwa nasihat ngono ya ngono ning aja ngono yaitu mengajarkan untuk menerima realitas dengan lapang dada tanpa menyalahkan diri sendiri atau orang lain atas apa yang terjadi. Mengingatkan untuk tetap waspada dan bijaksana dalam menghadapi situasi yang sulit. Serta bertindak bijaksana untuk mencari solusi atau melakukan perubahan yang diperlukan, mengajarkan pentingnya menemukan keseimbangan antara penerimaan terhadap apa yang tidak dapat diubah dan keberanian untuk melakukan perubahan terhadap hal-hal yang perlu diperbaiki. (*)

*) Ditulis Sri Suprapto, Guru Bahasa Jawa SMPN 8 Surakarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *