JATENGONLINE, SOLO –Diiringi oleh kerabat, kolega, serta puluhan elemen masyarakat Kota Solo, Dr. BRM. Kusuma Putra S.H, M.H mendatangi Sekretariat DPC PDIP Kota Solo di Rumah Pendapa, berada di Kalurahan Pucang Sawit, Jebres. Senin (15/04/2024).
Diakui Kusumo, bahwa dirinya berbekal rasa prihatin yang tinggi demi melihat kondisi masyarakat Solo, pria pegiat masalah sosial ini dengan semangat menyala, mantap mendaftar dalam bursa penjaringan bakal calon wakil walikota (Cawawali) Solo, mengambil formulir datang dengan mengenakan kemeja merah dan blangkon menghiasi kepalanya, simbol tradisi busana khas adat Jawa.
Pria pegiat Forum Budaya Mataram ini menuturkan niatnya mengikuti bursa penjaringan cawawali tersebut. Keputusannya ikut mendaftar sudah melalui proses perenungan yang dalam. Dan tentu saja juga mendapat dukungan penuh dari keluarga, kerabat, kolega, dan masyarakat serta elemen masyarakat yang lain.
“Namun yang lebih utama, tentu saja rasa keprihatinan saya melihat kondisi masyarakat Kota Solo selama beberapa tahun terakhir ini,” ujar Kusumo mengawali alasannya mengikuti pendaftaran penjaringan cawawali tersebut.
Dijelaskannya, bahwa masyarakat Kota Solo masih jauh dari kondisi sejahtera. Sehingga sebagai putra daerah, ia berniat untuk ikut ambil bagian secara nyata demi memperbaiki kondisi tersebut agar lebih baik. Melalui PDI Perjuangan, ia torehkan warna sejarah dalam bursa penjaringan bakal calon wakil walikota Solo.
Agar niat mulia itu bisa berjalan dengan baik, tentu saja ia harus bisa menjadi stake holder, atau menjadi bagian dari pengambil keputusan-keputusan strategis di Pemerintahan Daerah (Pemkot Solo). Itulah sebab sebagai langkah awal ia akan mendaftar sebagai cawawali terlebih dahulu.
“Saya menyadari mungkin untuk calon wali kota (Cawali) masih belum saatnya bagi saya, sehingga saya mendaftar di bursa Cawawali dulu,” papar Kusumo merendah di hadapan awak media yang juga hadir dalam acara pengambilan formulir pendaftaran tersebut.
Rasa keprihatinan yang ia rasakan tersebut memang bukan isapan jempol. Namun benar-benar dari data valid yang dikeluarkan oleh negara. Atau dalam hal ini dari survey BPS setidaknya pada akhir tahun 2023 lalu. Dimana angka kemiskinan di Kota Solo berada pada kisaran 7% hingga 8%. Atau jika dilihat dari jumlahnya sekitar 40 ribu hingga 45 ribu warga yang masih menyandang predikat miskin.
Bahkan angka itu merupakan yang tertinggi di kawasan Solo Raya. Dengan fakta tersebut, tentu ada yang salah dengan pembangunan di Kota Solo. Atau mungkin masih kurang optimalnya kebijakan-kebijakan yang pro wong cilik atau berpihak kepada kaum miskin.
“Dari kondisi itulah, saya mempunyai dua gagasan utama terkait usaha konkrit untuk memperbaikinya. Yaitu mendongkrak pemberdayaan UMKM, serta menurunkan angka kemiskinan hingga di bawah 2%,” ulasnya bersemangat.
Jika hal itu berhasil, tentu akan mengurangi jumlah pengangguran dan kemiskinan secara signifikan di Kota Solo. Dari dua gagasan utama itu, ada empat program andalan yang akan diusungnya. Termasuk di dalamnya adalah peningkatan di bidang Pendidikan, serta Ketahanan dan Pelestarian Kebudayaan.
Gagasan tersebut bisa menjadi modal utama dalam kinerja, untuk mengembalikan Kota Solo sebagai The Spirit Of Java. Dimana sebagai roh atau punjering budaya Jawa tentu tak hanya sekedar slogan. Namun benar-benar bisa menyatu dalam setiap denyut nadi kegiatan masyarakat Solo.
Termasuk tentu saja kesejahteraan para pelaku budaya. Baik yang bersentuhan secara langsung ataupun tidak langsung. Seperti seniman atau pun masyarakat luas yang lain yang secara tidak langsung ikut menghidupkan kegiatan budaya yang ada di Kota Solo.
“Slogan atau predikat sebagai The Spirit Of Java, tentu tidaklah main-main. Karena secara historis Kota Solo dikenal mempunyai peninggalan besar yang sampai sekarang masih bisa disaksikan. Yaitu sisa-sisa peradaban Mataram berupa Kraton Kasunanan serta Pura Mangkunegaran,” ujarnya lagi.
Dan berdasar catatan sejarah, Kota Solo di masa lampau dikenal sebagai Kota yang makmur dengan masyarakatnya yang dinamis dan selalu tumbuh berkembang secara positif. Dimana selalu menjadi pusat perdagangan dunia, serta kebudayaan.
Tentu menjadi hal yang ironis, jika di masa modern sekarang justru menyisakan masalah kemiskinan. Cepat atau lambat, problem masyarakat miskin akan menjadi masalah yang serius. Terutama terkait perkembangan atau dinamika pertumbuhan Kota modern. Atau bisa menjadi bom waktu di kemudian hari.
Ditambahkan oleh Kusumo, visinya merujuk pada visi Kota Solo. Dimana pembangunan Kota berbudaya bertumpu pada potensi perdagangan, jasa, pendidikan, pariwisata, serta olah raga.
“Masalah yang sekarang harus cepat diatasi atau dibenahi, adalah pengangguran. Hal itu karena rendahnya akses kerja, dan minimnya peluang usaha bagi UMKM,” lanjut Kusumo lagi.
Belum adanya kebijakan yang kuat dari para stakeholder untuk membela dan melindungi kaum pribumi. Atau setidaknya warga yang ber-KTP Solo untuk mendapatkan akses pekerjaan atau penghasilan secara layak
Sehingga akses pendidikan, pelatihan, serta permodalan adalah upaya wajib yang harus diberikan kepada masyarakat luas. Dengan cara itu, kemampuan SDM bisa terdongkrak untuk mencari kerja ataupun menciptakan lapangan kerja sendiri. Karena mereka sudah terbekali kemampuan yang bertumpu pada soft skill maupun hard skill.
Dengan kata lain, membuka lapangan kerja seluas-luasnya serta memberdayakan UMKM yang jumlahnya ratusan ribu menjadi fokus utama dari program pengentasan kemiskinan. Di kemudian hari, jangan sampai proyek-proyek vital dari Pemkot justru malah menggusur atau mematikan keberadaan UMKM sendiri.
“Pemkot Surakarta justru harus bisa menfasilitasi dengan memberikan sarana dan prasarana, ruang, ataupun pelatihan dan permodalan. Karena kembali ke UUD dimana mencari penghidupan yang layak adalah hak setiap warga negara Indonesia,” paparnya.
Kusumo yang juga dikenal sebagai seorang advokat serta Ketua dari yayasan Forum Budaya Mataram (FBM) ini, berharap gagasan tersebut bisa dikolaborasikan dengan program yang nanti diusung oleh bakal calon walikota (Cawali) Solo. Sehingga akan menjadi paket unggulan yang menjadi landasan bekerja untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Untuk itu, ia juga menginginkan sosok bakal cawali Kota Solo adalah benar-benar sosok yang mengerti betul tentang kehidupan Kota Solo. Atau orang yang tahu persis bagaimana permasalahan masyarakat Kota Solo sehari-harinya.
Terkait bursa penjaringan calon wawali dan walikota Solo, Kusumo juga memberikan saran kepada DPC PDIP Solo. Yaitu agar bisa digelar sebuah forum terbuka. Dimana bagi calon wali dan wawali bisa saling adu gagasan, visi dan misi. Sehingga masyarakat dapat melihat dan menilai dengan obyektif, bahwa penjaringan tersebut benar-benar berjalan demokratis dan transparan.
Selain itu forum terbuka yang menjadi ajang penyampaian gagasan, visi atau misi, menjadikan masyarakat luas tahu apa yang menjadi isi kepala atau gagasan dari masing-masing kandidat calon. Untuk partai pengusung calon sendiri juga bisa terbantu dalam mengambil keputusan, siapa yang benar-benar layak untuk diusungnya dalam Pilkada November 2024 nanti.
Sebagai informasi, dari keterangan Ketua Tim Penjaringan Kepala Daerah DPC PDIP Solo, yaitu Paulus Haryoto, menyampaikan bahwa bakal cawali dan cawawali terbuka untuk umum. Artinya selain kader partai, masyarakat umum, tokoh masyarakat, bahkan kader partai lain boleh mencalonkan diri untuk mendaftar.
“Hal tersebut membuktikan bahwa PDIP adalah partai yang terbuka, populis, serta memberikan kesempatan yang sama kepada seluruh warga masyarakat,” tutur Paulus.
Proses penjaringan atau pendaftaran itu sendiri, dibuka dari mulai tanggal 9 April 2024 hingga sampai tanggal 24 Mei 2024. Tentu saja hal itu menjadi peluang besar bagi masyarakat yang ingin ikut berpartisipasi langsung dalam pesta Pilkada nanti. Terutama menjadi calon pemimpin yang benar-benar dicintai rakyatnya. (*/ian)