JATENGONLINE, SUKOHARJO – Kantor bantuan hukum MK dan Yayasan Ababil memberikan bantuan pendampingan secara gratis.
Korban order fiktif takjil dan makanan buka puasa di Masjid Raya Sheikh Zayed Solo pada Ramadan lalu yakni Slamet pemilik Vio Catering dan Supodo pemilik Adila Catering, yang hingga kini mengaku kebingungan untuk membayar utang.
Seperti diketahui bahwa utang dari berbagai pihak dilakukan sebagai modal usaha untuk memenuhi permintaan pelaku order fiktif berinisial E, terakhir diketahui adalah menantu Supodo. Yang berakibat pada kedua korban harus menanggung utang modal hingga ratusan juta rupiah.
Kuasa hukum kedua korban, MS Kalono menyampaikan, jika kini kliennya terus dikejar-kejar oleh penagih hutang untuk segera melunasinya.
Bahkan satu dari kliennya yakni Supodo harus berurusan dengan pihak bank karena meminjam uang untuk modal usaha katering, jika tidak rumahnya terancam disita bank.
Disampaikan MS Kalono, melalui pihaknya telah bersurat kepada Walikota Solo selaku keberadaan Masjid Sheikh Zayed, Bupati Sukoharjo selaku kedua kliennya berdomisili.
“Bupati Sukoharjo telah merespon, Walikota Solo hingga kini belum ada respon,” terang Kalono, saat press conference, di salah satu cafe di Ngruki. Rabu (8/5/2024)
Pada kesempatan tersebut melalui Yayasan Ababil mulai dibuka donasi untuk kedua korban prank takjil tersebut agar bisa melunasi utang akibat penipuan yang dialami oleh kedua korban.
Dijelaskan Gus Burhan perwakilan Yayasan Ababil telah membuka kotak infaq melalui rekening BSI atas nama Yayasan Ababil Hilaladnan dengan nomor rekening 5008880092.
Pemberi donasi pertama dan kedua yakni Burhan dari Yayasan Ababil dan Kalono dari Kantor Bantuan Hukum MK, masing-masing 40 paket.
“Perpaket sebagaimana diberikan saat ramadhan lalu, paketnya berupa takjil snak 15.000 dan makan 25.000 jumlahnya 40.000 per paket” sambung Kalono.
Ditekankan kembali upaya yang telah dilakukan Supodo dan Slamet mengaku mencari bantuan termasuk kepada pihak Masjid Sheikh Zayed, Bupati Sukoharjo Etik Suryani hingga Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka terkait masalah yang mereka hadapi.
Mereka telah mengirim surat permohonan bantuan dan solusi kepada Wali Kota Surakarta, pengurus Masjid Zayed dan juga Bupati Sukoharjo.
“Baru Bupati Sukoharjo yang telah merespon dan ber-audiensi,” kata Supodo lirih, ditemui usai jumpa pers.
Diberitakan berbagai media, Slamet dan Supodo merupakan korban prank takjil dan makanan buka puasa dengan pelaku E yang kini telah ditahan di Polresta Solo. Kedua korban sedikitnya harus menanggung kerugian mencapai Rp 960 juta.
Diceritakan Muhammad Sri Kalono, bahwa kedua kliennya di bulan puasa ramadhan telah mengirimkan 800 porsi takjil makan berat dan ringan selama 28 hari terus menerus tanpa henti.
Pengiriman tersebut dilakukan oleh dua catering yang menjadi korban yakni Vio Catering dan Adilla Catering. Tanpa menaruh kecurigaan sama sekali, terduga pelaku penipuan berinisial E mengaku bisa menghubungkan dengan masjid Syekh Zayed Solo untuk menyediakan menu buka puasa bersama.
Melalui kantor hukumnya, MS Kalono mendampingi para korban menyampaikan laporan penipuan terkait buka yang dikirim Masjid Raya Sheikh Zayed. Dan tidak ada hubungannya dengan masjid.
“Dua katering ini kena prank olek oknum yang tidak ada kaitannya dengan Masjid Raya Sheikh Zayed. Masing-masing mereka berasal dari Baki dan Tawangsari, Sukoharjo,” terang Kalono.
Mereka pun tiap hari mengantarkan pesanan buka puasa tersebut, lanjut Kalono, dan diterima oleh pengurus masjid. Pengurus pun menganggapnya sebagai bagian dari sedekah karena diatasnamakan Hamba Allah.
“Meski tidak dipesan oleh panitia masjid, mereka menerima karena siapa pun bisa bersedekah di masjid tersebut,” papar Kalono.
Kliennya awalnya dijanjikan pencairan tiap seminggu sekali namun ternyata pembayaran tak pernah dilakukan. Selama 28 hari ngirim terus tiap hari. Bentuk takjil makanan kecil kemudian makanan buka. Sahurnya hanya 2 kali, sehingga total Rp 960 juta.
Sebenarnya, penyedia menu buka telah dikelola tersendiri oleh Masjid Raya Sheikh Zayed. Dua korban ini menyediakan menu buka di luar yang dikelola panitia masjid.
“Kasihan para korban ini. Kehidupan juga orang pas-pasan. Korbannya hutangnya banyak sekali. Mau pulang ke rumah mau buka pintu aja takut kalau ada yang nagih,” pungkas Kalono. (*/ian)